Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menteri Perdagangan Bukan Pawang Minyak Goreng

24 Maret 2022   11:50 Diperbarui: 24 Maret 2022   12:38 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesajen yang disiapkan Rara Istiani Wulandari pada hari kedua MotoGP Indonesia 2022 pada Jumat (18/3/2022). (KOMPAS.com/Firzie A. Idris) 

Namun sekali lagi, karena Pak Menteri bukan pawang maka beliau sehari harinya tidak bergulat, bergelut dengan minyak goreng. Pak Menteri bergulat dengan semua barang yang diperdagangkan. 

Padahal jika Pak Menteri bergelut dengan para pihak yang berkaitan dengan minyak goreng, beliau bisa melalukan pendekatan pribadi. Bisa berdiskusi untuk membuat kebijakan yang tepat menyikapi harga CPO dan minyak goreng yang melambung tinggi. 

Orang Indonesia itu tipikal orang yang sungkan dan dermawan, termasuk pengusahanya. Jika mereka diajak ngobrol sambil makan nasi goreng, maka patriotisme dan nasionalisme bisa dibangkitkan. 

Untuk sementara waktu mereka bisa diajak kompromi agar harga minyak goreng tidak naik secara drastis dan barangnya tersedia di pasaran. Tindakan itu dilakukan sambil menunggu pemerintah membuat langkah langkah yang menguntungkan produsen namun tidak merugikan konsumen. 

Karena Pak Menteri bukan seorang pawang, hal diatas tidak dilakukan. Pak Menteri tidak bertemu dengan para pihak yang berkaitan dengan minyak goreng. 

Maka jangan heran ketika beliau curhat di hadapan para anggota DPR dan mengatakan bahwa ada mafia minyak goreng. Jangan heran pula mengetahui Pak Menteri yang heran ketika HET ditetapkan, migor menghilang tetapi ketika HET dihilangkan, migor secara ajaib memenuhi rak rak toko. 


Yang dihadapi Pak Menteri Perdagangan adalah manusia, bukan alam bukan pula binatang. 

Manusia yang berdagang selalu memperhitungkan untung rugi. Jika harga turun mereka bisa menanggung rugi, jika harga naik, itu kesempatan mendapatkan keuntungan sebanyak banyaknya. 

Karena Pak Menteri tidak bisa selalu bergaul dengan para pedagang untuk berdiskusi, maka beliau kesusahan mengatur para pedagang. Setiap tahun selalu ada momen mereka mengambil untung sebanyak banyaknya. 

Masa lebaran, Natal, Tahun Baru, Imlek adalah masa dimana harga barang naik. Tidak peduli masyarakat menjerit jerit, pokoknya di momen itu harga harga pasti naik. 

Dari jaman presiden yang diaku "Piye, jamanku luwih penak tho? hingga presiden yang dianggap plonga plongo, semua Menteri Perdagangannya secara instan tak mampu mengatasi kenaikan harga yang melambung tiba tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun