Dusun Sukosari, Desa Pandansari -- Sabtu, 27 September 2025 menjadi momen penuh makna bagi ibu-ibu PKK yang berpartisipasi dalam kegiatan Green Movement 2025 bertema "Roots of Renewal: Women Growing Hope with Biochar". Bersama panitia Green Movement IAAS LC Universitas Brawijaya dan perusahaan biochar P4G. Green Movement sendiri hadir sebagai gerakan pemberdayaan masyarakat yang berfokus pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan pertanian dengan cara sederhana, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Melalui seminar, demonstrasi, dan praktik langsung, gerakan ini mendorong masyarakat untuk lebih peduli pada lingkungan sekaligus mampu memanfaatkan potensi lokal. Kegiatan ini menggambarkan kekuatan perempuan dalam menumbuhkan harapan baru melalui praktik pertanian ramah lingkungan.
Dalam kegiatan ini, para ibu PKK diperkenalkan dengan penggunaan biochar sebagai media campuran tanah untuk bercocok tanam. Biochar sendiri merupakan bahan padat yang kaya karbon dan dihasilkan melalui proses pirolisis limbah organik. Komposisinya lebih dari 70 persen karbon, sedangkan sisanya berupa nitrogen, hidrogen, dan oksigen. Kehadiran biochar bukan sekadar menambah bahan organik di tanah, melainkan menghadirkan manfaat yang sangat beragam. Penggunaan biochar terbukti mampu meningkatkan hasil panen hingga rata-rata 22 persen, memperbaiki struktur tanah, menetralkan pH, meningkatkan daya serap hara, serta menambah kemampuan tanah dalam menahan air. Lebih dari itu, biochar juga berfungsi sebagai bahan pembenah tanah yang mampu memperbaiki sifat fisik, biologi, maupun kimia tanah. Bahkan, keberadaannya dapat mengurangi pencucian pupuk serta membantu remediasi lahan yang tercemar.
Pihak perusahaan P4G yang turut hadir dalam kegiatan ini juga memberikan pemahaman penting mengenai teknik aktivasi biochar atau yang disebut charging biochar. Proses ini dilakukan dengan merendam biochar dalam pupuk organik cair atau mencampurnya dengan kompos sebelum diaplikasikan ke tanah. Hal ini bertujuan agar pori-pori biochar yang semula kosong dapat terisi oleh nutrisi dan mikroba bermanfaat. Dengan begitu, ketika biochar masuk ke dalam tanah, ia tidak hanya menjadi bahan pengisi, tetapi langsung berfungsi aktif untuk meningkatkan kesuburan dan memperbaiki kualitas tanah.
Suasana kegiatan berlangsung penuh semangat. Para ibu PKK tampak antusias mendengarkan penjelasan sekaligus mencoba praktik langsung menanam menggunakan polybag dengan campuran tanah dan biochar. Metode sederhana ini dipilih karena sesuai dengan kondisi masyarakat desa yang memiliki keterbatasan lahan, sehingga tetap memungkinkan mereka untuk bercocok tanam secara mandiri dan ramah lingkungan. Semangat yang ditunjukkan para ibu mencerminkan bahwa pengetahuan baru ini benar-benar memberikan dorongan bagi mereka untuk lebih percaya diri mengelola lahan rumah tangga.
Perwakilan ibu PKK, Ibu Ervina, menyampaikan rasa bangganya dapat terlibat dalam kegiatan ini. Ia menuturkan bahwa pengalaman belajar biochar memberikan harapan baru bagi masyarakat desa. "Kami sangat senang bisa mendapatkan ilmu baru dari kegiatan hari ini. Biochar ini benar-benar bermanfaat, bukan hanya membuat tanah lebih subur, tetapi juga bisa meningkatkan hasil panen kami. Hal ini sangat membantu bagi para ibu karena bisa mendukung kebutuhan pangan keluarga tanpa harus bergantung sepenuhnya pada pupuk kimia. Sebelumnya kami hanya mengetahui cara bercocok tanam secara sederhana, namun kini merasa lebih bersemangat setelah mengetahui manfaat biochar yang besar. Menurut saya, , praktik ini mudah diterapkan dan bisa langsung dicoba, sehingga sangat mungkin memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Jadi, kami lebih optimis dan yakin bahwa cara ini bisa diterapkan di rumah maupun bersama kelompok tani," ujarnya penuh semangat.
Melalui kegiatan ini, Green Movement dapat dilihat pemberdayaan perempuan bukan hanya sebatas partisipasi, melainkan sebuah gerakan nyata yang menjadi akar pembaruan lingkungan dan sosial. Dengan tangan-tangan perempuan Sukosari, harapan baru ditumbuhkan: memperkuat ketahanan pangan keluarga, menjaga kesuburan tanah, dan melangkah bersama menuju desa yang lebih hijau dan berdaya. Lebih dari sekadar praktik bercocok tanam, kegiatan ini menjadi simbol bahwa perubahan besar dapat berawal dari langkah kecil, dan perempuan mampu menjadi penumbuh harapan itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI