Mohon tunggu...
Sri Defina
Sri Defina Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kekeringan Ancam Panen di Aceh

21 Februari 2019   00:36 Diperbarui: 21 Februari 2019   00:55 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah derasnya musim hujan yang sedang dinikmati oleh petani di seluruh Indonesia, di Aceh justru sedang kekeringan hingga terancam gagal panen. Kondisi minim air ini sedang melanda sebagian besar Aceh Utara.

Seperti diberitakan, beberapa desa di Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara, sudah kekeringan. Misalnya di desa Trieng, Alue Buket, Bintang Hu, Asan, Trieng Pantang, dan Desa Buket Hagu Gampong.

Kekeringan itu terjadi akibat kurangnya pasokan air irigasi, sehingga membuat ratusan hektar tanaman padi milik petani di Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara, terancam gagal panen.

Ancaman (meme editan pribadi)
Ancaman (meme editan pribadi)
Rujukan

Ratusan hektare gagal panen itu pasti sangat menyakitkan bagi petani di sana. Karena bercocok tanam di sawah adalah salah satu mata pencaharian utama mereka. Para petani pun sudah melaporkan kondisi kekeringan itu ke Kecamatan. Harapannya agar saluran irigasi bisa dibuka hingga 20 hari ke depan. Agar di sawah sudah cukup air sampai masa panen dua bulan ke depan.

Masalahnya, sudah ada peraturan bupati tentang pembagian suplai air irigasi di Aceh Utara. Jika pun masyarakat itu membutuhkan air irigasi lagi, harus dirembugkan dulu ke kecamatan. Nanti di sana dibahas bersama seterusnya ke dinas. Karena pembagian air irigasi sudah ada aturannya. Dan para petani harus mematuhinya. Apalagi saat ini Aceh Utara mengalami kemarau sehingga debit air irigasi mengecil.

Desa-desa yang kekeringan itu baru bisa mendapat aliran air irigasi bila ada kecamatan lain yang bersedia jatahnya diberikan pada mereka. Bila tidak, maka desa yang kering itu harus terima dengan kondisi merela.

Masalah semacam ini memang terbilang pelik. Ibarat buah simalakama, menyelamatkan satu wilayah bisa jadi mengorbankan wilayah lain. Di sini butuh kearifan dan keadilan dari aparat pertanian setempat.

Mungkin agar masalah semacam ini tidak terjadi lagi, aparat pertanian di tingkat daerah atau Kementerian Pertanian (Kementan) di tingkat pusat bisa memberikan solusi jangka panjang. Misalnya dengan menganggarkan bantuan berupa sumur bor dan pompanya. Karena bisa saja terjadi konflik horizontal bila ada satu daerah yang tidak puas dengan pembagian jatah airnya. Lalu timbul rasa iri terhadap desa lain.

Oleh karena itu, lebih baik kita berharap agar solusi sumur bor dan pompa yang ditempuh, ketimbang berharap pada 'keikhlasan' desa lain untuk menyerahkan sumber airnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun