Mohon tunggu...
Sri Untari
Sri Untari Mohon Tunggu... -

seorang ibu rumah tangga, wanita biasa, yang juga menjadi guru pembimbing di sma negeri 1 kemusu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kebanyakan Teori

5 April 2014   16:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:02 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebagai orag tua, tentunya makin bahagiadengan kelahiran anak-aaknya. Namun, dibalik kebahagiaan itu, tersimpan kebingungan juga tentang bagaimana aku nati akan mengasuh anakku, apakah aku bisa menjadi orangtua yang baik, bla bla bla.

Biar tidaksalah dalammendidik anak, kemudian banyak baca buku-buku dan browsing internet. Banyak teori yang dibaca, dalam hati sudah bertekad kuat untuk melaksanakan apa yang ada dalam teori terssbut.

Namanya juga manusia, terkadang ada rasa malas mendera. Satu hal ada yang kelewatan, satu hari dua hari..satu bulan...setahun...dua tahun....dan tinggalah teori itu hanya sekedar teori. Saat ada ketidak konsistenan dan tidakkontinyu, hasilnya tentu tidak seperti yag diharapkan.

Keterkejutan terjadi saat anak-anak teman, tetangga, saudara, yg orangtuanyamungkin hanya lulusan sma, smp...ternyata anakanak mereka 'wow' banget. Nurut sama ortunya, sayang sama adik-adiknya, lumayan berprestasi di sekolahnya, rajin sholatnya, rajin ngajinya, kemudian timbul rasa iri dan penyesalan yang tak ada habisnya. Mengapa percaya banget dengan teori-teori, padahal sebenarnya tahu persis cara mendidik tetangga, teman atau saudaranya tersebut. Dalam teori, jangan memakai kekerasan, gunakan kata-kata lembut, biarkan anak menentukN pilihannya sendiri. Ternyata memang tidak sepenuhnya benar. Anak-anak tetaplah anak-anak. Mereka sscara kognitif juga belum bisa perfikir realistis dan futuristik. Kalau anak tidak mau sholat, ya jangan nunggu besuk-besuk dia akan sholat. Ajak dia, gandeng dia, tarik dia....kalau tidak mau juga, maka bnoleh kita marah dengan anak kita.

Ternyata marah itu juga diperlukan untuk pendidikan anak-anak kita. Saat kita terlalu lembut, yang cenderung lemah, kemudian permisif, makakita sendiri sebagai orangtua yang akan rugi. Kata-kata orangtua,selama itu untuk hal-hal yang baik,harus dituruti anakanaknya, terutama untuk anak di bawah 12 tahun. Marah,karena sifat buruk atau tindakan buruk anak kita, jagan dibiarkan terlalu lama,takutnya akan menjadkebiasaan anak kita.

Waspadalah sebagai orangtua

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun