Mohon tunggu...
Sri Ayuningsih
Sri Ayuningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa D3 -

Mahasiswa aktif di Akademi Televisi Indonesia Instagram : @ayuchoi22

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengupas Secara Tuntas Novel Saman karya Ayu Utami

13 Mei 2018   13:03 Diperbarui: 13 Mei 2018   18:04 11050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wis memang dulunya seorang Pastor, ia memutuskan menjadi seorang Pastor dan memilih untuk bertugas di Prabumulih lantaran terikat dengan kenangan masa kecilnya. Masa kecil Wis cukup mistis. Ibu Wis mengalami kejadian mistis ketika mengandung adiknya, mengalami kejadian aneh pula, kemudian suatu hari bayi dalam kandungan Ibu Wis hilang begitu saja. Perut Ibu Wis yang dulunya buncit dikarenakan hamil, mendadak lenyap bersama suara-suara yang didengar Wisanggeni tiap malam. Ibunya meninggal dan ia memutuskan masuk ke Seminari. Pengalaman mistiknya di Prabumulihlah yang menyebabkan Wis memilih bertugas di sana.

Kemudian ketika sedang bertugas di desa tetangga yaitu Lubukrantau, Wis bertemu dengan Upi, seorang gadis remaja yang memiliki gangguan jiwa sampai pada taraf mengganggu dan meresahkan. Masyarakat di Lubukrantau tidak tahu bagaimana merawat atau mendampingi Upi, yang mereka lakukan adalah memasung dan memasukkan Upi ke sebuah ruangan yang dalam penglihatan Wis adalah kandang burung. 

Mungkin itulah yang membuat Wis amat bersimpati pada Upi sampai-sampai begitu seringnya ia mengunjungi Lubukrantau, mengunjungi Upi dan memutuskan membuatkan rumah asap sekaligus rumah yang tidak terlihat seperti kandang lagi untuk Upi. Wisanggeni meminta bantuan berupa dana dari ayahnya yang seorang pensiunan untuk membiayai segalanya.

Wisanggeni terlalu sering berkunjung ke Lubukrantau yang akhirnya menyebabkan orang-orang Lubukrantau menganggapnya orang dari desanya sendiri. Wis juga membantu para petani perkebunan karet dengan membeli bibit-bibit karet yang bagus untuk ditanam di perkebunan Lubukrantau. Wis mengajari warga Lubukrantau untuk membuat sumber perairan dan listrik sendiri dengan memanfaatkan arus air sungai yang deras. 

Ketika kemudian Pemerintah pada tahun itu bertindak sewenang-wenang dengan mengatasnamakan keadilan di Lubukrantau, Wisanggeni mau tidak mau terlibat. Para penguasa berdalih akan membangun suatu perkebunan sawit yang menyejahterkan masyarakat. Aparat pemerintah derah mendatangi tiap penduduk untuk menjual tanah miliknya. 

Namun ketika ada beberapa warga yang tidak ingin menjual tanahnya, aparat pemerintahan itu justru memaksa dengan cara menekan para petani Lubukrantau, siapa lagi yang berkepentingan di sini? Kalau bukan para pengusaha yang rakus dan para penerima suap, yaitu penguasa yang korup.


Wisanggeni bersama dengan masyarakat setempat berusaha membangun kembali lahan yang tidak mau dikompromikan dengan cara menanam kembali pohon-pohon karet muda, yang diharapkan akan berproduksi dan tentu meningkatkan ekonomi mereka. Namun yang dilakukan Wis di Lubukrantau membuat gerah pengusaha dan aparat. 

Ia dicari dan pernah disekap oleh intelijen. Hal itu tidak membuatnya trauma, ia justru berusaha meminta bantuan kepada gereja tempatnya mengabdi. Namun Gereja di Prabumulih tidak bisa membantu Wis. Ia memutuskan untuk menempuh jalannya sendiri dan keluar dari Kepstoran. Wisanggeni beralih menjadi seorang Aktivis Hak Asasi Manusia dan mengganti namanya menjadi Saman.

B. Tokoh dan Penokohan

1. Saman (Athanasius Wisanggeni)

Saman atau Athanasius Wisanggeni adalah tokoh utama dalam Novel ini, Saman dulunya seorang pastor yang mengabdikan dirinya di gereja, sehingga bisa dikatakan kalau tokoh saman adalah orang yang religius saat masih menjadi pastor, karena kemudian Saman memutuskan untuk beralih menjadi seorang Aktivis yang memperjuangkan Hak Asasi Manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun