"Aku mau sirop merah itu Kak. Leherku terasa sangat kering saat ini. Pasti sirop merah menghilangkan semua rasa hausku. Ayo ke sana Kak, buruan...mumpung tersedia sirop gratis," Babul menarik tangan Raga menuju ke gerobak penjual sirop. Si Abang sudah siap menuangkan sebotol sirop merah ke dalam gelas berisi es batu. Penampakan warna dan aroma sirop itu sungguh menggoda leher Babul yang sedang kehausan. Raga tiba-tiba merasakan dadanya berontak hebat, ingin pula dirinya merasakan nikmatnya minum sirop dengan campuran es batu nan dingin. Apalagi tidak ada Ibu di sekitar tempat itu, pasti mereka tidak ketahuan jika puasanya bolong.
"Tidak, kamu kularang meminum sirop itu, nanti perutmu sakit karenanya. Tidakkah kamu melihat kuku panjang si Abang yang berwarna hitam? Disitu pasti banyak sekali kuman penyakit yang dapat membuat perutmu sakit. Ayo kita pulang sekarang, Ibu sudah menunggu kedatangan kita di rumah. Kakak janji membelikanmu dua botol sirop warna-warni jika sudah tiba saat berbuka puasa," bujuk Raga pada sang adik.
"Tidak mau. Aku mau minum sirop merah itu sekarang," Babul memekik keras dan berusaha berlari menuju ke gerobak penjual sirop. Melihat kejadian itu, si Abang penjual sirop tampak memancing suasana semakin panas. Dia memukul-mukul sendok ke gelas yang dipegangnya. Ting ting ting.... Suara merdu denting gelas kaca berpadu dengan jeritan Babul meminta sirop warna merah. Raga meneguhkan hati, sebenarnya dia tidak tega melihat adik kesayangannya memekik menginginkan minum sirop warna merah itu. Namun ini adalah bulan puasa, waktunya godaan datang menghampiri manusia. Raga mengucapkan Basmalah dan berniat menarik adiknya pulang ke rumah.
"Ayo ke sini Adik ganteng. Lihatlah, ada anak lain yang menginginkan sirop merahmu. Abang berikan ke dia yaaa," si penjual sirop kembali ke gerobaknya. Penuh rasa gembira dia melayani beberapa anak lain yang berjejer ingin membeli segelas sirop bercampur es batu. Diacungkannya segelas sirop merah berisi es batu dan lembaran rupiah yang dipegangnya ke arah Raga dan Babul.
"Lain kali jangan lewat di sini kalau kamu tidak punya uang untuk membeli sirop jualanku," teriak penjual itu kepada Raga yang terus berjalan dan menarik paksa adiknya pulang ke rumah. Penuh rasa kesal, Raga mengerling marah mendengar teriakan mencemooh dari Abang penjual sirop yang meleletkan lidahnya. Raga menguatkan hati, mencoba bersabar dengan ujian hari ini di bulan Ramadan. Babul menangis jejeritan sepanjang jalan dan menarik perhatian semua orang yang kebetulan melihat mereka. Namun Raga tidak peduli, dia terus berjalan penuh tekad pulang ke rumah sambil terus membujuk adiknya. Dia harus memberikan contoh terbaik untuk Babul yang baru belajar berpuasa di bulan Ramadan tahun ini. Selamat menunaikan ibadah puasa, semoga sehat selalu (srn).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI