Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Karakter Anak Usia Dini, Memangkas Penyemaian Bibit Radikal

24 Juli 2022   05:19 Diperbarui: 24 Juli 2022   06:20 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damai Itu Indah - tribunnews.com

Usia dini merupakan usia yang paling tepat untuk pembentukan karakter seseorang. Jika pada masa tersebut karakternya dapat terbentuk, maka kelak di masa depan dia akan menjadi generasi yang berkarakter kuat. 

Oleh karena itu pendidikan anak usia dini menjadi fondasi paling kuat bagi terciptanya karakter bangsa di masa yang akan datang. Semakin baik kualitas pendidikan usia dini, semakin kuat bangunan fondasi kecerdasan anak bangsa.

Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang paling berpengaruh dalam masa tumbuh kembang anak. Keluarga sebagai elemen pertama dalam pembentukan sikap atau karakter anak sangat menentukan tumbuh kembang anak, sebisa mungkin keluarga harus menjadi tauladan yang baik untuk anak. 

Lingkungan sekolah adalah elemen kedua yang dapat mempengaruhi sikap serta karakter anak karena sekolah merupakan area dan sarana untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak usia dini. 

Lingkungan masyarakat sebagai elemen ketiga ikut mempengaruhi dalam pembentukan sikap dan karakter anak usia dini karena jika anak berada pada lingkungan yang kurang baik, maka anak akan sangat mudah terpengaruh dalam lingkungan kurang baik tersebut.

Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama yang kuat antara keluarga dalam hal ini orang tua, lingkungan sekolah dalam hal ini pendidik dan peserta didik serta lingkungan masyarakat untuk mewujudkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang berkualitas.

Perkembangan anak usia dini ditentukan oleh stimulasi yang diberikan orang dewasa di sekitarnya melalui pembiasaan, keteladanan, dan pembelajaran. Untuk itu sebagai orang tua dan pendidik sudah seharusnya mengetahui karakteristik radikalisme agar anak usia dini terhindar dari paham radikal.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), radikalisme memiliki karakteristik intoleran, tidak adanya tenggang rasa terhadap perbedaan. Meletakkan kelompok lain sebagai lawan dan musuh atau bukan bagian kelompok mereka. 

Lalu, eksklusif, pemahaman dan juga sikap yang tertutup dalam berbagai aspek kehidupan. Sifat ini memunculkan sikap merasa paling benar. Fanatik, berlebihan terhadap keyakinan sehingga mengakibatkan sikap mudah tersinggung dan marah. Dan revolusioner, sikap menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dengan cara kekerasan atau drastis.

Dari karakteristik diatas dapat kita simpulkan beberapa contoh yang menjadi stimulan dalam kehidupan sehari-hari terhadap tumbuhnya bibit radikalisme dalam diri anak. 

Ketika tanpa disadari anak dilarang untuk berinteraksi, bergaul, bermain dengan anak dari agama atau suku yang berbeda dan juga menanamkan bahwa kelompok lain tidak lebih baik sehingga kelompok tersebut dianggap lebih rendah dan menjadi musuh bagi si anak akibatnya anak dapat bersikap negatif kepada kelompok tersebut dan kalau ini dibiarkan terus menerus dapat menimbulkan arogansi bahwa kelompok sendiri paling benar dan kelompok lain selalu salah.

Bibit-bibit tersebut sudah seharusnya tidak dibiarkan tumbuh subur dalam diri anak. Sudah sepatutnya orang tua dan pendidik sebagai garda terdepan dalam keberhasilan pendidikan anak usia dini menumbuhkan nilai-nilai karakter yang dibutuhkan agar menjadi bangsa yang unggul dan menghargai perbedaan.

Upaya pencegahan radikalisme pada pendidikan anak usia dini dapat melalui cara; diantaranya menanamkan kecintaan terhadap tanah air dengan menceritakan pada anak hal-hal yang membanggakan yang ada di negara kita.

Lalu, membiasakan anak untuk menaati peraturan di sekolah, rumah ataupun lingkungan (merapikan kembali mainan ke tempat semula, membuang sampah pada tempatnya, tidak mengambil hak orang lain, dsb). 

Mengenalkan simbol-simbol kenegaraan seperti lambang negara Garuda Pancasila, bendera merah putih, bahasa Indonesia, UUD 1945, pimpinan pemerintahan yakni presiden, dan sebagainya.

Menanamkan nilai-nilai keberagaman melalui cerita atau dongeng, bermain peran, pentas seni, kunjungan ke sekolah yang beda karakteristik. Serta membangun kemampuan berpikir kritis dengan membiasakan anak untuk mempertanyakan, menganalisis, menelusuri sumber dari suatu informasi atau ide.

Berpikir kritis sering dikaitkan dengan kemampuan untuk menelaah informasi, pesan, dan ide. Ketika anak mampu berpikir kritis, anak akan lebih bersifat terbuka dan menerima perbedaan. 

Ketika anak mematuhi suatu aturan/perintah, ia mengetahui alasannya. Jadi ketika anak menerima informasi/ide baru ia akan dengan sendirinya mampu mencerna apakah hal tersebut merupakan sesuatu yang baik atau tidak baik.

Untuk itu sangat penting bagi orang tua untuk memastikan anaknya memiliki lingkungan pergaulan yang tepat, bersekolah di lembaga yang berwawasan moderat, serta belajar agama ke sumber-sumber yang otoritatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun