Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Karakter Anak Usia Dini, Memangkas Penyemaian Bibit Radikal

24 Juli 2022   05:19 Diperbarui: 24 Juli 2022   06:20 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damai Itu Indah - tribunnews.com

Ketika tanpa disadari anak dilarang untuk berinteraksi, bergaul, bermain dengan anak dari agama atau suku yang berbeda dan juga menanamkan bahwa kelompok lain tidak lebih baik sehingga kelompok tersebut dianggap lebih rendah dan menjadi musuh bagi si anak akibatnya anak dapat bersikap negatif kepada kelompok tersebut dan kalau ini dibiarkan terus menerus dapat menimbulkan arogansi bahwa kelompok sendiri paling benar dan kelompok lain selalu salah.

Bibit-bibit tersebut sudah seharusnya tidak dibiarkan tumbuh subur dalam diri anak. Sudah sepatutnya orang tua dan pendidik sebagai garda terdepan dalam keberhasilan pendidikan anak usia dini menumbuhkan nilai-nilai karakter yang dibutuhkan agar menjadi bangsa yang unggul dan menghargai perbedaan.

Upaya pencegahan radikalisme pada pendidikan anak usia dini dapat melalui cara; diantaranya menanamkan kecintaan terhadap tanah air dengan menceritakan pada anak hal-hal yang membanggakan yang ada di negara kita.

Lalu, membiasakan anak untuk menaati peraturan di sekolah, rumah ataupun lingkungan (merapikan kembali mainan ke tempat semula, membuang sampah pada tempatnya, tidak mengambil hak orang lain, dsb). 

Mengenalkan simbol-simbol kenegaraan seperti lambang negara Garuda Pancasila, bendera merah putih, bahasa Indonesia, UUD 1945, pimpinan pemerintahan yakni presiden, dan sebagainya.

Menanamkan nilai-nilai keberagaman melalui cerita atau dongeng, bermain peran, pentas seni, kunjungan ke sekolah yang beda karakteristik. Serta membangun kemampuan berpikir kritis dengan membiasakan anak untuk mempertanyakan, menganalisis, menelusuri sumber dari suatu informasi atau ide.

Berpikir kritis sering dikaitkan dengan kemampuan untuk menelaah informasi, pesan, dan ide. Ketika anak mampu berpikir kritis, anak akan lebih bersifat terbuka dan menerima perbedaan. 

Ketika anak mematuhi suatu aturan/perintah, ia mengetahui alasannya. Jadi ketika anak menerima informasi/ide baru ia akan dengan sendirinya mampu mencerna apakah hal tersebut merupakan sesuatu yang baik atau tidak baik.

Untuk itu sangat penting bagi orang tua untuk memastikan anaknya memiliki lingkungan pergaulan yang tepat, bersekolah di lembaga yang berwawasan moderat, serta belajar agama ke sumber-sumber yang otoritatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun