Mohon tunggu...
Petrus Purnama
Petrus Purnama Mohon Tunggu... -

Hanya seorang yang mau belajar 'mengetik' di keyboard... Dan Mau membaca ketikan orang lain. Pemerhati Social Entrepreneurship dan Internet Marketing, suka masalah Teknologi khususnya Internet.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia Negeri Terlucu?

25 Mei 2010   03:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:59 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_149373" align="alignleft" width="300" caption="ketapel.wordpress.com"][/caption] Beberapa waktu yang lalu, muncul Premier Film nasional baru berjudul "Alangkah Lucunya (negeri ini)" olahan Sineas Bpk Deddy Mizwar. Film ini juga ditonton oleh Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang sempat memberi komentar di kompasiana.com, beliau merasa bersalah terhadap apa yang telah dikerjakan semasa menjabat sebagai pejabat nagara, masih belum selesai tuntas, banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Dengan analogi yang sama saya mencoba melihat realita kehidupan masyarakat kita, yang ternyata sesuai dengan apa yang digambarkan oleh Bpk. Deddy Mizwar. Sejak era reformasi bergulir terdapat banyak "kelucuan-kelucuan" yang terjadi disekitar kita, dilingkungan pemerintahan, dibangsa ini. Saya mencoba mengamati beberapa hal yang 'lucu' terjadi, mungkin bisa menjadikan negara ini negeri 'terlucu didunia?' ... Hasil reformasi , menghasilkan banyak demonstrasi dimana-mana, ternyata juga menyuburkan perkerjaan para korlap yang menyediakan para demonstran bayaran.(hayo tua muda , besar kecil diterima menjadi figuran) Demonstrasi jadi seperti acara harian disekitar bundaran HI , layaknya sebuah hotel yang selalu 'peak time', bisa dilihat jadwal manggungnya, televisi swasta bahkan ada yang menyajikan informasi demo hari ini. (bahkan ada yang jadwal acaranya menyusul alias dadakan) Layaknya permainan sepak bola, semua hal di negara ini pasti akan dikomentari beberapa komentator nasional , bergelar pakar ini atau pakar itu, ahli ini ahli itu, penasehat ini penasehat itu. Tetapi kadang permasalahan bukan menjadi selesai tetapi menjadi melebar kemana-mana.(awak media yang senang dengan hal ini kali ya ) Ketika satgas mafia hukum menemukan "hotel mewah" didalam penjara,banyak kejadian 'lucu' muncul, pejabat terkait penjara membantah kalau ruangan itu adalah ruangan khusus, tetapi hari berikutnya ruangan itu 'lenyap'. Menteri terkait berkata, pernah melakukan sidak tetapi tidak menemukan ruangan itu (saingan sama david coperfield). Apabila ada bencana alam terjadi, terutama yang diberitakan media, akan muncul "artis dan aktor" nasional negeri ini berkunjung. Tetapi janji tinggal janji (seperti lagunya Rinto), setelah media tidak memberitakan, berjuanglah sendiri saudaraku, karena kami masih sibuk untuk memberbaiki 'citra' kami masing-masing. Di negeri ini sangat toleran dengan hewan, banyak hewan yang disukai sekarang ini, ada cicak ada buaya, ada tikus, ada ayam, ada kerbau, ada kambing, ada siput. Mereka pun dibayar untuk ikut demo. Kalau terjadi kebakaran, terkadang mobil pemadam kebakaran tidak langsung bisa menuju tempat kebakan, dikarenakan harus mencari sumber air terlebih dahulu. Seorang dokter bisa kalah dengan anak kecil, ini hanya dan hanya terjadi di negeri ini. Gali lubang tutup lubang, menjadi semboyan nasional, baik rakyat miskin, pemerintah, bahkan proyek gali lubang tutup lubang adalah proyek yang menguntungkan (sebentar digali untuk keperluan ini, sebentar digali untuk keperluan itu) Bila di Jepang ada tempat sampai tiap 100 m , maka dinegeri ini sepanjang jalan adalah tempat sampah. Ketika musim BLT, tiba-tiba angka kemiskinan membengkak, makelar baru terbentuk yaitu makelar kartu BLT, sunatan masal juga terjadi dimana-mana, maksudnya adalah menyunat dana BLT. Bisa sampai tahun depan kali ya kalau di tulis semua di sini, baiknya , Kompasianer saja deh yang menambahkan... Dan jangan lupa untuk VOTE INDONESIA NEGERI TERLUCU DI DUNIA. Salam Kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun