Mohon tunggu...
Johannes P Kusumo
Johannes P Kusumo Mohon Tunggu... -

Freedom to love & live.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Content Filtering Internet, Mau Dibawa ke Mana Kita?

18 September 2012   18:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:16 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TOPIK S.A.R.A.
Wacana ini ada dan berlangsung sepanjang Indonesia merdeka. Sederhana saja, kita memang beda, so what ? Apa semua mau disamakan? Apa setelah semua sama itu dianggap sebagai pilihan terbaik untuk semua perbedaan?
SARA itu ada, terbawa sedari lahir, terpatri selama kita tumbuh dan berkembang, diwariskan dari orang tua, semuanya hakiki dan alami, tidak terhindarkan. Bahkan gen dan sidik jari manusiapun tidak ada yang sama.

Lalu ?? Mau dibuat sama? Diseragamkan?
Bilapun berhasil diseragamkan,  kita tidak akan menjadi dinamis, tidak saling melengkapi, sebuah dunia robot yang tidak kreatif, tidak akan menjadi berkembang, karena semua sama dan seragam.

Disebut sebagai kemajuan dan pembangunan itu adalah hasil dari perbedaan, dari keliaran ion ion di otak kita yang tiap kepala isinya beda menjadi kreatifitas, yang akan saling melengkapi dengan toleransi perbedaan dengan orang lain, berujud akhir kreatifitas untuk membangun sesuatu yang baru, yang dinamis, dalam memecahkan persoalan/perbedaan dalam kehidupan tiap individu yang hidup.

Bayangkan saja anda hidup pada dunia yang semua serba seragam, semua sama, semua makan minum tidur dalam satu aturan dan ritme yang sama, tidak akan ada persoalan hidup. Persoalan hidup dan kesenangan hidup, kebahagiaan hidup datang dari deviasi dan anomali kehidupan seorang dengan yang lain ataupun dengan dirinya sendiri, apakah anda bisa merasakan sehat apabila anda tidak pernah sakit? Selalu harus ada faktor pembanding dan pembeda.

Hubungannya dengan konten filtering?
Kembalikan akses informasi seluasnya, jadi kita mengerti perbedaan satu dengan yang lain, belajar memahami dan mentoleransi perbedaan dengan cara yang santun, dewasa, dan bertujuan untuk kebaikan serta kedamaian hidup kesejahteraan bersama.

Ajarkan cara memilah yang baik dan yang tidak pantas kepada anak anak kita  supaya menjadi pondasi terkuat yang membentengi semua pengaruh yang tidak sesuai dengan nilai nilai universal kemanusiaan, etika hidup ketimuran yang luhur dari pendahulu kita (juga kita sebut sebagai leluhur - atau yangf luhur), pegang kuat norma kesusilaan, nilai nali budaya yang bertoleransi dan saling membantu.

Sebuah cita-cita menjadi masyarakat kuat yang adil, makmur, damai, sejahtera, dan berbudaya bangsa sendiri, santun dalam menyikapi dan berdiskusi dalam menghadapi perbedaan.

September 2012.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun