"Kemarin terhambat karena pandemi. Selain itu ini juga induk Undang-Undang dunia pendidikan, jadi harus sangat hati-hati sekali dan membutuhkan waktu yang lama.
Menariknya, Komisi X nantinya akan berencana melibatkan para pelaku pendidikan berbasis aplikasi.
"Kami juga ingin dengar masukan-masukan dari mereka. Karena kami harus menjangkau apa saja problemnya dari pendidikan berabasis aplikasi ini," ucapnya.
Di sisi lain, Ketua BPIP Yudian Wahyudi pembelajaran Pancasila hari ini harus lebih luas secara teoritis dan praktik lapangannya.
Ia mengatakan, internalisasi nilai-nilai Pancasila perlu menimbang tren dan karakter anak-anak masa kini. Tak melulu diajarkan di ruang kelas, tetapi juga diaplikasikan dalam ragam sektor yang digemari anak muda.
"Misalnya, melalui musik, film, atau ekskul. Dan itu harus menyatu dengan evaluasi sekaligus praktik. Jadi nilainya bukan hanya ujian nasional tapi juga perilakunya. Bagaimana anak ini, kekuatannya di mana, kekurangannya di mana," kata Yudian.
Mengenai hal tersebut, Dede Yusuf menambahkan, "Menurut saya konteks pendidikan Pancasila tidak melulu harus ada dalam dunia pendidikan. ...misalnya kalau kita mengidolakan K-Pop atau drama Korea, itu hampir semua karakter di situ akan menggambarkan orang Korea adalah pekerja keras, dan sebagainya."
"Jadi dunia film secara tidak langsung mengarahkan inilah Korea. Ini yang kami harapkan, Indonesia juga begitu. Jadi Indonesia masuk dari sisi budaya, seni, modern arts, atau apapun."