Mohon tunggu...
Sopyan Maolana Kosasih
Sopyan Maolana Kosasih Mohon Tunggu... -

Saya adalah guru PKn di SMP Negeri 3 Bogor.\r\nSaya juga senang beraktifitas diberbagai kegiatan sosial yang terkait dengan pendidikan dan pelayanan masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan!!!???

28 Agustus 2010   05:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:39 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Aneh sekali terasa ketika mendengar berbagai isu saat ini yang berkaitan dengan pendidikan yang seperti bergerak tanpa arah dan bisa bertebaran kemana saja sesuai dan sesuka hati orang yang merasa menjadi pemuka dalam dunia pendidikan. Orang yang punya background pertanian meminta pendidikan pertanian, orang yang punya background sosial minta pendidikan sosial, orang yang background politik minta pendidikan politik, orang yang background korupsi minta pendidikan korupsi, yang background porno minta pendidikan seks, yang background lalu lintas minta pendidikan lalulintas, sampai semua menuh-menuhin kurikulum tanpa jelas apa yang ingin dicapai dari semua itu. INSTAN Bung!!!!

Kenapa muncul suplemen-suplemen seperti itu?
Kalau kita kaji lebih dalam, ternyata permasalahannya sepele. Mereka yang berbicara parsial adalah mereka yang tidak memahami konsep pendidikan secara holistik. Mereka yang tidak memahami bagaimana proses pendidikan seharusnya. Sayang, mereka-mereka itu adalah orang yang memiliki kekuatan political pressures atau budget pressures sehingga para pemangku kebijakan terjebak dan manut untuk mengejewantahkan ide-ide itu demi sekerat atau separuh uang project yang digelontorkan.

Akibatnya?
Guru menjadi terbebani untuk menyerap dan memasukkan hal-hal yang bersipat suplemen dan tidak esensi.

Ada satu hal yang mengganggu pikiran saya, sepertinya ada yang aneh dengan struktur kurikulum di Indonesia sehingga setiap saat orang merasa tidak lengkap dan harus terus ditambah. Padahal kurikulum kita semua orang sepakat sudah terlalu gemuk dan rigid. Ini menyedihkan sekali sekaligus menunjukkan kebingungan mau ke arah mana hasil pendidikan di Indonesia ini bergerak. Apakah hal ini pula yang menyebabkan anak-anak di sekolah semakin tidak terkontrol? guru semakin permisif tapi juga cenderung menggunakan kekerasan. Bahkan lebih permisif ketika melakukan Ujian Nasional dengan berjuta alasan yang secara prinsip-prinsip pendidikan menunjukkan betapa sistem pendidikan kita sudah totally gagal.

Kini lembaga pendidikan tidak lebih dari sekedar mesin pembuat label lulus atau bersertifikat tanpa peduli apakah anak-anak sudah mencapai target-target itu atau hanya sekedar angka? Siapa peduli?

Buktinya, pada saat Ujian Nasional bahkan UASBN tak luput dari kecurangan walau data valid dipastikan tidak pernah ada karena semua bermain dalam tataran rahasia umum dan dimaklumi atau kita memang dituntut untuk memaklumkan.

Pada saat penerimaan siswa baru, betapa sekolah-sekolah tertentu dengan bangga hati memasang target tinggi yang membuat panik orangtua dan memaksanya mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk mengamankan posisi anaknya. Ini juga hanya sebatas rumor karena secara bukti tidak ada, tapi dalam perbincangan dimanapun dipastikan hal itu selalu muncul. Lalu apa jadinya kalau pendidikan diawali dengan suap? Hasilnya adalah, anak tahu cara mencapai sesuatu itu dengan suap….

Kurikulum?
Entah bagaimana harusnya, atau seharusnya semua pihak duduk dan berpikir ulang untuk mencari hakikat dari pendidikan yang holistik tanpa harus memecah dan memilah namun bagaimana sistem pendidikan ini bisa mengejewantahkan cita-cita nasional menjadikan setiap individu menjadi mulia dengan wawasan yang mumpuni. Jelas ini masalah implementasi kurikulum yang akan bermuara ke guru yang ada di lapangan.

Jadi, jangan sakiti guru dengan berbagai kebijakan yang menyesatkan. Berikan kebebasan untuk mengeksplorasi dan menemukan jati dirinya sebagai guru. Jangan persulit kalau mau naik pangkat, jangan potong uang rapelnya, atau tuntutan-tuntutan lain yang membebani. Pendidikan butuh kejujuran, ketulusan, dan kerjakeras

29 Juni 2010

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun