Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Kerisauan Soraya Larasati yang Menjadi Korban Pelecehan Seksual

7 April 2020   13:06 Diperbarui: 7 April 2020   14:28 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soraya Larasati menghadiri acara buka puasa bertajuk Berbagi dari Hati bersama Cadbury di GOR Soemantri, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (21/5/2019).(Kompas.com/Tri Susanto Setiawan)

Berita tidak mengenakan datang dari artis terkenal Soraya Larasati. Ia mengaku telah mendapat perlakuan tak senonoh dari aksi cabul orang yang tak dikenal.

Kejadian ini terjadi ketika ia sedang melakukan aktivitas olahraga. Mengutip pemberitaan laman detik.com, Artis Soraya Larasati mengaku menjadi korban begal payudara saat lari pagi di Sektor V Bintaro, Pondok Aren, Tangerang Selatan.

Menindaklanjuti kejadian tak senonoh ini, kini ia sedang menempuh jalur hukum dan membawa perkara tersebut ke pihak yang berwajib.

"Anggota sudah mengecek ke lokasi terkait kejadian viral di medsos di mana ada artis Soraya Larasati yang diduga mengalami pelecehan seksual saat lari pagi di Sektor V Bintaro. Menurut keterangannya, di lokasi tempat lari itu sepi dan adanya hanya ibu tukang jamu, hanya saja, yang bersangkutan tidak ingat pelat nomor pelaku dan ibu tukang jamu juga katanya nggak ngelihat", kata Kapolsek Pondok Aren Kompol Afroni Sugiarto dalam keterangannya kepada detikcom, Senin (6/4/2020).

Alhasil karena masih lemahnya bukti dan kurangnya saksi, Soraya tidak dapat membuat laporan atas kejadian tidak mengenakan tersebut. Dan tidak mau repot akan hal yang menimpa dirinya itu.

Soal perkara ini, sesungguhnya bukan hanya terjadi pada Soraya Larasari semata. Begal payudara juga pernah dialami oleh beberapa orang. Hanya saja bedanya adalah beberapa aksi mampu diringkus polisi dan dijebloskan ke ruang gelap penjara. Namun sebagian malah bebas dari jeratan hukum karena tak cukup bukti.

Aksi gelap itu bahkan tertangkap kamera dan ada juga yang luput dari  mata. Wajar bila Soraya Larasati angkat suara di media massa.

Dalam.laman instagramnya ia menyerukan agar semua wanita untuk berhati-hati ketika keluar rumah. Karena dalam berbagai kondisi pun unsur kejahatan biar terjadi dimana saja.

Padahal jika kita telaah lebih jauh lagi, Soraya sedang lari pagi di area kompleks rumah. Sudah barang pasti keamanan disekitar kompleks terjamin dan dijaga oleh satpam yang sedang bertugas. Jalan juga pasti sepi karena kebanyakan warga sedang dirumah karena takut dengan virus corona.

Ilustrasi foto (detik.com)
Ilustrasi foto (detik.com)
Namun tetap saja, kejadian itu masih sempat terjadi. Lalu bagaimana dengan tempat-tempat umum atau area lainnya. Bukankan hal ini mungkin saja akan terulang lagi dan meneror semua wanita yang lain.

Ungkapan kerisauan Soraya Larasati yang ia tulis tidak hanya berbanjir dukungan moral dari para netizen. Ia juga dianggap sebagai wanita yang berani menyuarakan isi hati mereka.

Tetapi dari sudut komentar lain, masih ada juga masyarakat yang berpikiran sempit dengan menyalah-nyalahkan Soraya seakan-akan kejadian itu terjadi atas permintannya. Karena tidak menggunakan baju yang sopan atau jilbab yang panjang ketika berlari maka kejadian tersebut bisa terjadi kepadanya.

Teori blame victim ini sesungguhnya mendustakan nilai norma sosial kita semua. Biar bagaimana pun, tak ada wanita yang ingin dibegal payudaranya bung!!!

Jika atas dasar karena pakaian atau jilbab yang kurang panjang dan berjalan dimalam hari begal payudara bisa terjadi, saya rasa itu bukanlah jaminan agar terhindar dari tindak kriminal. Karena para pelaku begal payudara tidak mengenal waktu, kondisi dan tempat. Ia ada dan benar-benar nyata.

Contoh kasus misalnya Korban begal payudara yang terjadi di Bekasi. Dalam laman tirto disebutkan bahwa "Bukti CCTV kejadian begal payudara di Bekasi menjadi bukti nyata bahwa pelecehan seksual bisa terjadi pada siapapun, terlepas dari waktu kejadian dan cara berpakaian korban,"

Dari bukti ini mengisyaratkan bahwa baik dengan pertimbangan pakaian atau waktu, begal payudara itu memang ada dan para wanita tentu terancam dengan kejadian-kejadian tersebut. Ini adalah teror bagi para puan-puan yang lain.

Lebih lanjut dalam laman tirto.id, Koalisi Ruang Publik Aman dalam Survei Pelecehan Seksual di Ruang Publik yang dilakukan pada akhir 2018 menemukan 64 persen responden perempuan, 11 persen responden laki-laki, dan 69 persen responden gender lainnya pernah mengalami pelecehan seksual di ruang publik.

Melalui survei tersebut, para peneliti menemukan fakta bahwa kejadian pelecehan seksual justru banyak terjadi di siang hari (35%), diikuti dengan sore hari (25%), malam hari (21%), dan pagi hari (17%).

Mitos akan kejadian begal terjadi pada malam hari dan karena pakaian pun terpecahkan. Asumsi itu menjadi tidak relevan jika kita sandingkan dengan data diatas. Jadi mulai sekarang jangan lagi menyalahkan korban atas kejadian ini.

Oleh karenanya persoalan begal payudara dan blame victim ini jangan dianggap sebagai langkah yang paling bijak. Perlu ada pendekatan atau asumsi lain yang perlu diterapakan untuk memutus penyakit sosial ini.

Setidaknya melalui pengalaman yang terjadi pada selebriti Soraya Larasari,  pemerintah harus memperbaiki lagi sistem hukum terkait tindak pidana kejahatan pelecehan seksual dimuka umum. Sanksi pidana yang ringan membuat mereka bisa keluar dengan cepat dan berpotensin untuk melakukan aksinya lagi. Serta belum memberikan efek jera ke orang lain agar jangan melalukan perilaku menyimpang tersebut.

Selain itu, pemerintah juga seyogyanya harus memberikan rasa aman kepada wanita di ruang publik. Dengan menyiapakan lampu penerangan disudut jalan atau menerbitkan aturan agar kepada daerah setempat memasang CCTV diruang publik atau tempat yang berpotensi terjadinya kejadian tak diharapkan.

Jika saja cara ini bisa diterapkan, setidaknya sedikit membantu bagi wanita. Karena ruang publik mereka terpantau dan menurunkan kejadian-kejadian kriminal yang akan terjadi.

Mengapa Soraya Larasati enggan untuk membuat laporan disebabkan kurangnya bukti dan saksi. Oleh karenanya jika saja di tempat-tempat umum telah terpantau CCTV maka pelaku begal payudara yang dialami oleh Soraya Larasati bisa ditemukan dengan mudah.

Saya memahami apa yang sedang terjadi pada Soraya Larasti. Saat ini mental beliau sedang bergejolak. Biar bagaimana pun, ia pasti sedang merasakan trauma yang berat. Siapa sangka akan menjadi korban begal payudara disekitar komplek rumah sendiri.

Kita sebagai masyarakat juga jangan menilai hal ini sebagai suatu kejadian yang biasa-biasa saja. Mungkin korban saat ini bukanlah keluarga atau istri atau anak kita. Lalu kemudian menganggap kejadian ini sebagai hal yang lumrah terjadi dijalanan.

Tetapi alangkah baiknya bahwa sebagai masyarakat yang memiliki tata krama sosial yang tinggi, kita harus bersama -sama mencegah dan mengutuk keras kejadiaan tersebut. Jangan menunggu ada keluarga kita yang menjadi korban baru kita tersadar dan bergerak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun