Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Italia Lolos ke Final, karena Mancini Tak Malu Kembali ke Selera Asal

7 Juli 2021   08:45 Diperbarui: 7 Juli 2021   09:05 28822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Roberto Mancini merayakan kemenangan atas Spanyol di Semifinal (Foto: AFP/CARL RECINE)

Laga semifinal Euro 2020, yang mempertemukan Italia melawan Spanyol merupakan duel tim yang sedang mengembalikan jatidiri. Italia dan Spanyol yang sama-sama menjadi finalis Euro 2012, prestasinya menurun tajam bak Roller Coaster.

Spanyol yang sempat menjadi Raja Eropa dan Raja Dunia medio 2008–2012. Gelar Piala Eropa tahun 2008 dan 2012 serta gelar Piala Dunia 2010 adalah bukti sahihnya.

Tiki-Taka dan False 9, menjadi trademark permainan Spanyol, namun taktik itu nampak usang saat Spanyol tersisih di penyisihan Grup Piala Dunia 2014, tersisih di babak 16 besar Piala Eropa 2016 dan tersisih di babak 16 besar Piala Dunia 2018.

Kemudian Spanyol, menunjuk Luis Enrique untuk Kembali mengangkat Spanyol ke tangga teratas. Euro 2020 merupakan hajatan kejuaraan mayor pertama yang harus Enrique buktikan, apakah ia layak dipertahankan atau dilengserkan.

Berbekal skuad perpaduan pemain senior seperti Jordi Alba, Sergio Busquets dan Cesar Azpilicueta, serta pemain muda potensial seperti Daniel Olmo, Pedri, Ferran Torres dan Eric Garcia. Kemudian dengan berani tidak memanggil skuad Real Madrid.

Enrique menatap Euro 2020 dengan optimis, di awal Spanyol nampak kurang menjanjikan, namun dalam tiga pertandingan terakhir saat mengalahkan Slowakia, Kroasia dan Swiss. Pondasi Tiki-Taka ala Enrique dipadukan permainan menyerang cepat menjadi ciri khas Spanyol selama Euro 2020.

Sedangkan Italia, sejak kegagalan di final Euro 2012 prestasi Italia menurun tajam kala harus angkat koper di babak penyisihan grup Piala Dunia 2014, kemudian ada perbaikan saat mencapai babak perempatfinal 2016, dan prestasi memalukan ketika gagal lolos ke Piala Dunia 2018.

Kegagalan Italia lolos ke Piala Dunia 2018, membuat federasi sepakbola Italia meradang. Pelatih Italia saat itu, Gian Piero Ventura langsung dipecat karena kalah dari Swedia di babak terakhir play-off. Roberto Mancini ditunjuk sebagai pelatih Italia.

Mancini langsung melakukan gebrakan dengan merubah gaya main Italia, dari taktik bertahan “catenaccio” ke taktik menyerang. Mancini berani melakukan taktik menyerang karena, skuad Italia mempunyai kualitas pemain yang mampu untuk bermain menyerang dan juga mampu menjaga keseimbangan dalam bertahan.

Euro 2020 juga menjadi pembuktian awal  Mancini, menangani Italia di level kejuaraan mayor. Tanpa ampun Italia, meraih hasil sempurna di babak penyisihan serta menyingkirkan Austria dan Belgia di fase gugur.

Sebelum laga lawan Spanyol, nampak para pemain Italia bersemangat kala menyanyikan lagu kebangsaan Italia, wajah yakin dan optimis terlihat di wajah mereka kalau Italia akan melaju ke final.

Laga babak pertama berjalan seru dan terbuka, jual beli serangan disajikan oleh kedua tim. Hanya yang kurang di babak pertama adalah tidak adanya gol yang tercipta.

Enrique dan Mancini, sama-sama menerapkan taktik menyerang di babak pertama sehingga jalannya pertandingan di babak pertama terbuka. Italia terus melakukan pressing ke Spanyol di awal laga, yang membuat Spanyol kesulitan mengembangkan permainan.

Peluang pertama Spanyol didapatkan Ferran Torres di menit ke-14, namun usahanya masih melebar dari gawang Italia yang dijaga Gianluigi Donnarumma.

Italia baru mendapatkan peluang pertama dari Nicolo Barella di menit ke-21, namun sayang umpan manis Emerson gagal diselesaikan dengan baik oleh Barella karena ruang tembaknya ditutup oleh Sergio Busquets.

Kemudian peluang emas didapatkan bergantian oleh Spanyol melalui Dani Olmo, dan Italia melalui Emerson.

Di babak kedua intensitas permainan masih sama berjalan ketat dan terbuka, Mikel Oyarzabal membuat percobaan di menit ke-52, namun tendangannya masih melambung. Kemudian Federico Chiesa membalasnya, namun tendangan Chiesa masih dapat digagalkan oleh Unai Simon.

Italia akhirnya memecah kebuntuan di menit ke-60, ketika Chiesa berhasil mencetak gol memanfaatkan bola liar di depan gawang Spanyol. Umpan Lorenzo Insigne ke Ciro Immobile dapat diantisipasi oleh Aymeric Laporte. Bola liar kemudian dapat dikuasai oleh Chiesa, kemudian membawa bolanya ke kiri, dan diakhiri tendangan yang tidak dapat diantisipasi oleh Unai Simon.

Disinilah perubahan taktik Italia terjadi, setelah Italia Unggul, Mancini merubah strateginya para pemain Italia lebih banyak menunggu untuk melancarkan serangan balik. Taktik bertahan secara catenaccio, tidak malu Mancini terapkan guna meredam agresivitas serangan Spanyol.

Masuknya Alvaro Morata, Gerard Moreno dan Rodri semakin menyulitkan Italia untuk mengembangkan permainan. Serangan demi serangan yang dilancarkan oleh Spanyol akhirnya menemui hasil di menit ke-80, lewat gol dari Alvaro Morata memanfaatkan umpan cantik Daniel Olmo.

Setelah sebelumnya kedua pemain ini melakukan Kerjasama untuk membuka ruang pertahanan Italia yang begitu rapat. Setelah gol Morata, Spanyol lebih menguasai jalannya pertandingan dan Italia menunggu untuk melakukan serangan balik.

(Foto: Getty Images/Matt Dunham - Pool) 
(Foto: Getty Images/Matt Dunham - Pool) 

Momen kontroversial terjadi menjelang babak kedua berakhir, bola yang nampak kelihatan mengenai tangan Giorgio Chiellini. Namun wasit tidak menganggap itu sebagai handball, para pemain spanyol juga tidak melayangkan protes keras ke arah wasit, Felix Brych asal Jerman.

Laga kemudian diakhiri melalui babak perpanjangan waktu, hingga babak perpanjangan waktu tidak ada gol yang tercipta, Spanyol hanya memiliki dua peluang emas yang hanya menghadirkan kemelut di depan gawang Italia.

Drama tos-tosan adu penalti, harus dilalui kedua tim. Kegagalan Manuel Locatelli, menjalankan eksekusi penalti untungnya tidak berdampak besar ke tim Italia, karena dua pemain Spanyol gagal menunaikan tugasnya dengan baik yaitu Daniel Olmo dan Alvaro Morata. Kedua pemain yang, melakukan kreasi terjadinya gol Spanyol harus jadi pecundang di drama tos-tosan. 

 (Foto: AFP/JUSTIN TALLIS)
 (Foto: AFP/JUSTIN TALLIS)

Dengan sangat tenang kemudian Jorginho maju menjadi algojo penentu Italia. Tendangannya pelan namun mengecoh kiper Unai Simon. Pecahlah perayaan kemenangan Italia dalam drama adu penalti melawan Spanyol. Skor akhir 4-2 untuk kemenangan Italia, mengantarkan Italia melaju ke babak final.

Laga yang sengit dan berat untuk Italia dan Spanyol, hasil akhir memang kejam jika harus diakhiri dengan drama adu penalti. Spanyol mempunyai skuad masa depan yang menjanjikan, banyaknya pemain muda potensial yang tampil di laga semifinal dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan tim Spanyol di masa depan.

Kurangnya pengalaman yang membuat skuad Spanyol, gagal di babak semifinal. Peluang emas gagal dikonversi menjadi gol, karena pemain Spanyol kurang tenang dalam menghadapi situasi di depan gawang Italia.

Hasil lawan Spanyol, semakin memperpanjang rekor tak terkalahkan Italia menjadi 33 laga. Di laga final nanti, Mancini pasti tak akan ragu untuk merubah taktik menyerangnya menjadi bertahan, jika Italia sudah unggul. Karena hal ini sudah dibuktikan saat menang atas Spanyol.


Taktik emang nomer sekian, yang penting menang dan mengangkat trofi juara.

Salam final Euro 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun