Mohon tunggu...
Sukiman kastowo
Sukiman kastowo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Panggung Sandiwara Hidup Marx

30 Juli 2017   08:33 Diperbarui: 30 Juli 2017   09:41 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dari sepenggal kisah terlahirnya Filosof barat  terkenal Karl marx , kadanga kita tidak menyadari bagaimana latar belakangnya .Marx tinggal di tempat paling buruk dan termurah di kota London. Perabotan rumahnya rusak semua, kotor dan acak-acakan. Segala sesuatu diselimuti debu tebal; semuanya berantakan. Saat orang masuk ke kamar Marx, maka kelopak mata akan terasa perih oleh asap batu bara dan asap tembakau. Sehingga begitu orang masuk, orang pun harus meraba-raba terlbih dahulu. Semua benda yg ada di kamarnya kotor penuh debu. Tetapi semuanya itu tidak membuat Marx dan istrinya merasa malu lalu meninggalkannya.

Pada tahun 1853, Marx mendapat warisan dari keluarga istrinya dan mendapatkan sumbangan dari sahabatnya bernama Engels. Saat itu Marx mengadu nasib di pasar saham, dan berspekulasi dalam saham Amerika serta Inggris, di mana Marx mendapatkan keuntungan yang cukup banyak di situ. Sehingga Marx pun pernah menulis pesan pada Engels sekitar tahun 1964, yaitu dengan berkata.."Sudah tiba saatnya ketika dengan kecerdasan dan sedikit uang, orang bisa mengeruk keuntungan besar di London,disini dia  membuatpertentangan dua madzhab pemikiran Fankrut dan Wina ( red. Khumaidi syarif Romas, 1992 )

Marx menulis buku "Das Capital" ketika dia berumur 49 tahun. Setelah itu, pada sekitar tahun 1860-an, dia pernah menerima hadiah Natal berupa sebuah patung Dewa Zeus yang sangat besar. Patung itu disimpan di ruang baca dalam rumahnya. Dan sejak saat itu, Marx mulai mengagumi wajah Zeus yang penuh dengan jenggot dan kumis. Maka ia pun berhenti mencukur rambut dan membiarkan jenggotnya tumbuh sampai berbentuk seperti Zeus.

Marx akhirnya mengasosiasikan  dirinya sebagai dewa semesta, yang melemparkan petir ke bumi, sebagaimana salah satu surat Marx kepada Jenny, istrinya, di mana Marx menyatakan: "Jenny, jika kita bisa menyatukan jiwa kita,maka akan kulemparkan sarung tanganku ke wajah dunia, lalu aku akan melangkah di atas rongsokan itu sebagai pencipta!". Demikianlah pernyataan Marx yang kemudian di klaim banyak orang, bahwa Marx adalah seorang Atheis.

Marx meninggal pada tanggal 17 Maret, tahun 1883, yaitu dalam keadaan duduk di kursi. Tak ada surat wasiat yang dia tinggalkan ketika meninggal. Namun sebelum ia meninggal, banyak sekali ilmu yang ditinggalkannya melalui tulisan-tulisan yang sampai detik ini, masih saja digunakan.

Salah satu tulisan Marx yg menarik adalah ketika di tahun 1839, Marx pernah menuliskan naskah drama yg berjudul Qulanem. Pada karya itu, terdapat pemikirannya yang sangat unik, yg ditulisnya:

Hancur-hancur! Waktuku telah berlalu

Jam telah berhenti, rumah orang kerdil telah hancur

Tak lama lagi aku akan memeluk keabadian, dan

Tak lama lagi aku akan mengutuk keras umat manusia..

Dan dunia menyeret kita berputar-putar. Menyanyikan lagu kematian, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun