Mohon tunggu...
SOLIHAH SR
SOLIHAH SR Mohon Tunggu... Dosen IAI Latifah Mubarokiyah

My hobby is listening to the music

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makna Hidup dan Kehidupan

11 September 2024   08:26 Diperbarui: 11 September 2024   08:34 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesungguhnya manusia hidup sedang menjalani proses fluktuasi, apapun pekerjaan kita, profesi kita. Bagaimanapun kondisi kita selalu berfluktuasi. Tidak selamnya bersedih hati, gundah gulana  bahkan gelisah tiasa menentu, atau bahkan sebaliknya  bahagia, bersuka ria, girang dan sukses dalam karier.

Hal itu berlaku bukan hanya pada orang miskin namun orang yang kaya raya pun akan mengalami fluktuasi baik yang memiliki  Perusahaan besar besar maupun kecil bahkan yang tidak memiliki perusahaan. Di Jepang seperti PT. Toshiba, Sharp pernah mengalami penurunan, bahkan  kebangkrutan, walaupun mereka orang hebat, skillnya luar biasa dan gajinya besar, IQ nya cerdas. Secara rasional Perusahaan sebesar itu tidak akan mengalami kebangkrutan.

Menjalani Takdir

Secara umum, kondisi fluktuasi  di sebut dengan  qodarullah/ taqdir Allah. Siapapun tidak ada yang bisa menolak . harus menerimanya dengan hati lapang. Saat  tertimpa kesedihan  manusia harus pasrah yang disertai upaya sabar sampai kesedihan menghilang . Demikian saat diberikan kerunia kebahagiaan manusia harus menerimanya disertai upaya syukur.  Karena hakikat dari hidup ini adalah menjalani takdir Allah.

Sebagai seorang muslim sejati, dalam menjalani kehidupan ini tentunya mengacu pada al-Qur'an dan al-Hadits sebagai pedoman  hidup kita. Firman Allah "farudduhu ilalloh"  semua kembalikan kepada Allah.

Bagaimana caranya agar bisa mengiringi kondisi  fluktuasi?

Saat mengalami fluktuasi, apakah itu perasaan sedih atau bahagia hendaklah dibawa alam pikiran kita  kepada alam pikiran positif (husnudhan), apapun kondisinya harus selalu berpikiran positif. Dalam hadits qudsi dikatakan "Ana 'inda dhanni 'abdi bii"  aku bersama prasangka hambaku, artinya bahwa Allah SWT akan meng"IYA"kan apa yang kita pikirkan, jika berfikiran jelek maka yang terjadi suatu kejelekan, juga sebaliknya jika berfikiran baik maka yang terjadi suatu kebaikan.

Menurut perkiraan peneliti, manusia memiliki 70.000 pikiran di setiap harinya, namun hamper 80% terseret kepada pikiran negative seperti prasangka buruk, khawatir, kecemasan dan kegagalan dll. Karenanya banyak orang yang sering mengalami sakit yang diakibatkan dari factor pikiran. Oleh karena itu milikilah pikiran yang baik  dan berusaha menghindari pikiran buruk agar yang terjadi, selalu yang baik-baik.

Berat ringannya sesuatu tergantung pikiran kita.

Jalani hidup sesuai dengan standar kehidupan. Standar yang menempatkan segala sesuatu secara proporsional. Ingat sesukses apapun peran kecerdasan seseorang hanya 10% dari IQ nya, sisanya ada di EQ dan SQ.

Pada pertengahan tahun 2000 seorang peneliti Danah Zohar dan Ian Marshall dari Harvard University, USA dan Oxvord University London dalam penelitian psikologi dan Nuerologinya menemukan God Spot pada Lobus Temporalis yang disebut Spritual Intelligence (SQ) yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan nilai-nilai KeTuhanan sehingga menghasilkan sebuah sikap yang disebut attitude seperti kejujuran, kasih sayang, Kerjasama, gotong royong dll, 

Spiritual seseorang akan terbentuk dan menjadi kuat jika melalui tahapan-tahapan berikut:

  • Kesadaran Diri (Self Integrity)

Seseorang yang memiliki pemahaman tentang siapa dirinya, apa tujuan hidupnya serta mau kemana kehidupan setelah ini? Orang tersebut memiliki quality live. Orang tersebut sadar betul bahwa dia diciptakan oleh Sang Pencipta , artinya sebagai manusia yang diciptakan tentunya harus mengikuti apa yang dikatakan Penciptanya. Dia sadar dalam menggunakan seluruh anggota tubuhnya sesuai fungsinya. Dia tidak akan membiacarakan orang lain, karena itu bertentangan dengan fungsi yang diberikan Pencipyanya. Dia tidak akan mengambil sesuatu yang bukan haknya, Tidak akan bersikap seenaknya, dia akan bisa menempatkan  dirinya sebagai makhluk Allah SWT.

Dalam tahapan berikutnya manusia harus memahami untuk apa manusia diciptakan. Dalam kontek Islam Allah menciptakan manusia untuk beribadah (QS. Adz-Dzariat ayat 56). Ibadah itu sebagai standar hidup manusia dari Allah SWT. Jadikan segala aktifitas sebagai ladang untuk  beribadah, apakah itu beraktifitas di rumahnya, dalam mendidik anak-anaknya, dalam pekerjaannya. Semua aktifitas diniatkan untuk mengabdi kepada Sang Pencipta, hadirkan Allah dalam aktifitasnya. Andai yang kita lakukan tidak sesuai standar, maka dalam bekerjanya akan berbohong, tidak jujur dan Allah tidak menyukai itu.

Seorang guru, harus menyadari bahwa tugasnya dalam mendidik siswanya adalah bagian dari ibadah kepada Allah SWT. Ibadah kepada Allah SWT adalah standar dari Sang Pencipta. Seorang pejabat negara jika dalam melaksanakan tugasnya sesuai standar dari Allah, maka pekerjaannya akan diniatkan untuk beribadah dan dalam menjalankan tugasnya akan Amanah dan bertanggungjawab karena  dia sadar bahwa Allah menyertainya.

  • Memahami Hidup ini Terbatas

Sekuat apapun manusia , sepinter apapun dia, jika sudah Allah yang berkehendak memanggilnya, maka pasti akan pulang juga. Waktu hidup didunia terbatas sesuatu batas yang diberikan. Oleh karena itu yang harus disadari dan di lakukan adalah "do the best all the time" lakukan yang terbaik kapan pun. Orang yang sadar bahwa hidup ini  terbatas, maka dia tidak akan menyia-nyiakan waktunya.

Hingga Allah SWT mengambil sumpah terhadap waktu, mengingat begitu berharganya waktu tidak akan bisa terulang. Sehingga jika melaluinya dengan sia-sia tidak diisi dengan yang bermanfaat maka dia akan rugi selamanya.

Pemahaman bahwa hidup ini terbatas baik dari segi ruang dan waktu, akan meminimalisir dan mengantisipasi tajamnya fluktuasi kehidupan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun