Mohon tunggu...
Sofian Sauri
Sofian Sauri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa STAIA Syubbanul Wathon Magelang prodi Manajemen Pendidikan Islam. "Bacalah untuk hari esok, menulislah untuk keabadian."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Guruku dan Debu Jalanan

25 Februari 2020   07:06 Diperbarui: 25 Februari 2020   17:42 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri @sofiansauriga

Menuntut ilmu sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat manusia sebagai upaya melawan kebodohan dan menghormati akal, serta pengamalan merupakan bentuk tanggung jawab atas ilmu yang dipelajarinya.

Istilah lelah tidak pernah ada dalam kamus kak Raka panggilan akrab mahasiswa STAIA Syubbanul Wathon pemuda yang ramah berbadan tegap, rambutnya ikal, raut wajahnya yang periang.

Setiap akhir pekan ia libur perkuliahan lalu diwaktu senggangnya itu ia gunakan untuk  menyambangi setiap lampu lalulintas yang sering dijadikan tempat favorit anak anak jalanan yang masih dibawah umur untuk mengais receh hanya bermodal gitar kecil, berpakaian lusuh dan suara yang tak erat dengan aturan-aturan vokal namun dengan percaya dirinya terus saja berdendang.Jerenggg... Jrengg... Jrenggg

Mereka dirampas haknya
Tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami, pada mu kami berjanji

"Dek, suara kamu merdu dan lagunya bagus, tetapi kenapa bocah seusia kamu harus mengais rupiah di jalanan, seharusnya kamu masih memegang alat tulis dan bermain bersama teman - teman sebaya mu, siapa nama mu?", Sapanya kepada ku yang sedang hanyut dalam lagu yang kunyanyikan.

"Rian kak, nama kakak siap?"

"Raka, huruf depan nama panggilan kita sama tos dulu, yeah ha ha..., kakak sering menyanyikan lagu itu setiap pagi sebelum berangkat ke kampus, lagu itu penuh impresi sehingga jiwa ini semakin peka dek", Jawabnya sembari jongkok dan menatap wajahku.

"Dek, minum dulu air mineral ini, keringat mu bercucuran dan kau tampak haus, geser kursinya duduklah sebentar supaya keringatnya kering terlebih dahulu tersapu hembusan angin siang ini"

"Iya kak terimakasih banyak ya, aku minum kak" jawab ku.

"Kamu kenapa tidak sekolah, apa kamu membenci pendidikan?", Tanyanya.

"Tidak Kak, sama sekali aku tidak membenci pendidikan, terakhir aku duduk dibangku kelas Tiga Sekolah Dasar, aku dikatakan bodoh oleh guruku, dan ia berkali kali memanggilku dengan anak bodoh didepan murid-murid yang lain, andai saja aku pandai sejak lahir aku tak kan pernah mendengar sebutan bodoh itu kak"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun