Raja Ampat, yang terletak di Papua Barat Daya, merupakan salah satu wilayah laut paling kaya akan keanekaragaman hayati di dunia. Dengan lanskap gugusan pulau karst, laut biru jernih, dan terumbu karang yang masih alami, kawasan ini menjadi magnet bagi penyelam dan pecinta alam dari seluruh penjuru dunia. Keindahannya bukan hanya menjadi kebanggaan Indonesia, tetapi juga diakui secara global sebagai warisan alam dunia.
Namun, di balik keindahan itu, Raja Ampat kini berada di ambang ancaman serius. Pemerintah Indonesia, melalui Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, baru-baru ini mengeluarkan keputusan kontroversial dengan menyetujui kembali izin pertambangan nikel di wilayah tersebut. Padahal, izin tambang ini sempat dibatalkan pada 2022 karena dinilai berpotensi merusak lingkungan yang sangat rentan.
Pemerintah beralasan bahwa masyarakat adat mendukung kehadiran tambang, namun pernyataan ini dipertanyakan oleh banyak pihak. Justru, tidak sedikit warga lokal yang secara terbuka menolak tambang tersebut karena khawatir akan dampak buruknya terhadap lingkungan dan kehidupan mereka.
Aktivitas tambang dikhawatirkan dapat mengakibatkan rusaknya hutan lindung, mencemari laut, dan mengancam mata pencaharian masyarakat pesisir yang sangat bergantung pada sumber daya laut. Para pegiat lingkungan menegaskan bahwa kerusakan di Raja Ampat akan bersifat permanen dan tidak akan bisa dipulihkan jika dibiarkan.
Menyusul desakan publik yang terus meningkat, pada 10 Juni 2025, pemerintah mencabut empat dari lima izin tambang yang telah dikeluarkan. Meski menjadi langkah positif, masyarakat tetap mendesak agar seluruh izin tambang dibatalkan tanpa terkecuali.
"Raja Ampat bukan tempat untuk pertambangan. Kerusakan di sini tidak akan bisa diperbaiki. Kita harus melindunginya bersama," kata seorang tokoh adat saat aksi damai. Seruan #SaveRajaAmpat dan #TolakTambang pun terus bergema di media sosial, menjadi simbol perjuangan rakyat menjaga alam dari keserakahan industri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI