Saya tersentuh dengan wanita karier ini, sebuah berita kecil para pengungsi saya buat sebagai cerita feature. Membayangkan dirinya seperti saya yang punya anak. Terpisah dengan suami yang jauh. punya anak dan suami memaksa untuk pergi seperti berlibur agar tidak trauma.
Kisahnya dimulai pada suatu hari. Â Karena panggilan kerja
Iryna meninggalkan rumahnya di Kyiv .
Pada pagi dihari itu, adalah bulan Februari yang dingin, belum ada apa apa saat itu meski ada ancaman perang  dari Rusia.
Sebuah koper  yang berisi pakaian dan kebutuhan perjalanan dinas, di laptop kerja. Dia menatap sang suami yang akan ditinggalkan selama berdinas.
Melakukan perjalanan tugas dari ibukota Ukraina ke Lviv, dekat perbatasan Polandia.
Kurang dari 24 jam kemudian, dia terbangun di ranjang hotelnya karena banyak pesan dari hpnya.
Sesuatu telah terjadi.
Perang dengan Rusia dan pesan yang panik terus berlanjut. Dari teman, keluarga dan suami.
Rusia telah mulai menyerang melalui darat, laut, dan udara di utara, timur dan selatan.
Kembali ke kamarnya, ibu tiga anak itu menangis.
"Saya tidak pernah berpikir  saya melihat sesuatu di televisi, tentang Afghanistan, Suriah, tapi itu jauh dan sekarang itu terjadi disini. " ujarnya sedih.
Dia segera pulang membawa  tiga anak mereka yang masih kecil, dan menyusun rencana pelarian.
Meninggalkan  satu-satunya rumah yang pernah dia kenal dan cintai.