Skripsi belum selesai karena minimnya pemahamantentang cara pengutipan? Berkali-kali direvisi, sehingga terlintas dibenak untuk mengikuti kata-kata dari refrensi. Namun, tidak berani karena tak ingin dikatakan plagiasi. Maka, solusinya adalah teman-teman sekalian harus memahami tentang kutipan dan cara pengutipam
Sitasi sendiri memiliki makna kutipan atau pengambilalihan satu kalimat atau lebih, dari karya tulisan lain untuk tujuan ilustrasi atau memperkokoh argumen dalam tulisan sendiri (KBBI).
Sebagai seorang mahasiswa, kita semua harus memahami tata cara pengutipan dengan benar, agar kita semua terhindar dari tindakan plagiarisme. Apalagi mahasiswa yang sedang dalam proses penyusunan skripsi, agar penyusunan skripsi berjalan dengan baik, maka mahasiswa tersebut harus menguasai cara pengutipan sesuai dengan prosedur pengutipan yang benar.
BEBERAPA MODEL SITASI
Pertama, Model MLA, ciri khas model ini adalah mengutamakan nama pengarang, digunakan pada bidang sastra dan bahasa. Kedua, Model APA, digunakan untuk bidang psikologi dan sosial. Model ini lebih mengutamakan tahun. Nama depan pengarang tidak diketahui secara lengkap oleh pembaca.Â
Ketiga, model turabian, untuk model Turabian, biasa digunakan untuk bidang sosial. Keempat, Model Chicagoo juga digunakan untuk bidang sosial dan juga jurnalistik. Model Chicago hampir sama dengan model Turabian. Terakhir model IEEE, memiliki ciri khas, penulisan tahun dibelakang. Model ini digunakan dalam bidang ilmu komputer, teknik dan elektro
KETENTUAN DALAM PENGUTIPAN
Dalam  pengutipan terdapat dua ketentuan, yaitu pengutipan langsung dan pengutipan tidak langsung atau yang sering disebut parafrasa.
Dikatakan pengutipan langsung karena dalam pengutipannya penulis secara jelas mengikuti kata-kata dari refrensi. Biasanya ketika melakukan pengutipan penulis menggunakan tanda petik dua sebagai penanda bahwa kalimat tersebut merupakan sebuah kutipan.
Hal-hal yang menyebabkan seorang penulis harus menggunakan pengutipan langsung antara lain yang pertama, khawatir jika menggunakan bahasa penulis sendiri, akan menimbulkan penafsiran yang berbeda. Misalnya untuk perundang-undangan. Yang kedua, Â Ingin mengutip gagasan, ide, atau teori dari penulis lain. Sehingga kita perlu mengkutipnya secara langsung
Menurut Zulkarnaen (2012) parafrasa yaitu menyatakan suatu kalimat atau paragraf menggunakan kalimat yang berbeda dari kalimat asli, dengan tidak mengubah maksud.Â