Mohon tunggu...
Suta Wreda
Suta Wreda Mohon Tunggu... -

(QS 103) - saling berpesan dalam kebenaran dan dalam kesabaran."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bercermin pada Bimasena (Mahabarata)

9 November 2016   15:31 Diperbarui: 9 November 2016   15:56 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Epos Mahabharata sangat dikenal pelbagai suku bangsa: India, Jawa, Bali, Thailand.

Bahkan mungkin sudah mendunia terbukti di antaranya sejarawan Von Daniken memasukkan dalam bukunya “Chariot Of Gods”. India, baca: Hindu, adalah negeri kelahirannya. Tetapi di tanah Jawa ia mengalami sinkretisasi dan akulturasi dengan kearifan para Empu dan Wali . Malahan sebagai kecintaannya terhadap epos ini mereka banyak memasukkan nama-nama lokal  seperti Widarakandang, Pringgodani, Klampisireng, Karangtumaritis, Banjarjumud, dsb.

Bimasenaalias Werkudara adalah seorang tokoh yang paling legendaris. Ia putra Kunti dengan Bathara Bayu (!), dan dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat, selalu kasar dan menakutkan bagi musuh, walaupun sebenarnya berhati lembut kepada sesama. Di antara Pandawa, dia berada di urutan kedua dari lima bersaudara. Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa-basi, tak pernah bersikap mendua, serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.

Memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur, serta menganggap semua orang sama derajatnya, sehingga dia digambarkan tidak pernah menggunakan bahasa halus (krama inggil) atau pun duduk bersila di depan lawan bicaranya.

Karena itu, dari seluruh Pandawa, Bima yang paling dibenci dan ditakuti oleh Kurawa. Dalam pelbagai waktu perang tanding antara Bima dan Kurawa, pihak Kurawa selalu kalah dan dihajar habis-habisan. Kurawa memang selalu mencari cara-cara licik  untuk membinasakan Bima. Hal itu karena Kurawa senantiasa ketakutan akan lepasnya tahta dari tangannya.

Hanya, dan hanya satu kali, ketika dia bertemu dengan DewaruciBima bicara dengan bahasa krama inggil, duduk bersila dan menyembah-Nya. Berikut adalah kisahnya.

*****

Demi menjalani darma atau tugas hidup Bima pernah harus mengarungi Samudera Selatan yang penuh gelombang bergulung-gulung setinggi gunung. Di dalam samudera itu ia harus menghadapi naga besar Nawatnawa yang menyemburkan hujan berbisa. Dengan tangkas ia menaklukkan Nawatnawa, mencekiknya, dan menusuk lehernya dengan kuku Pancanaka. Seketika itu, matilah Nawatnawa. Tetapi, setelah pertarungan berat itu Bima menjadi sangat lelah dan hampir pingsan. Ia membiarkan dirinya diombang-ambingkan gelombang raksasa. Seorang diri, tanpa pertolongan siapa pun.

Dengan suatu kejadian yang luar biasa (miracle, mistis) Bima bertemu dengan Dewaruci.Yang memancarkan sinar cemerlang dan muncul tanpa sangkan paran (nowhere).

Alangkah kagetnya Bima melihat seorang manusia yang sangat kecil namun sangat mirip dengan dirinya. Manusia itu berkata, “Aku ini Dewa Ruci yang disebut juga Nawaruci. Aku datang untuk menolongmu Bimasena. Wahai kesatria perkasa, masuklah ke dalam telingaku. Di dalam diriku, engkau akan menemukan apa yang kaucari’.”

Bima heran sekali mendengar perintah manusia mungil itu. Bagaimana mungkin tubuhku yang sebesar ini bisa masuk merasuk ke dalam tubuhnya yang sekecil itu? Pikirnya terheran-heran dan ragu-ragu, Dewaruci berkata, “Ketahuilah, selama ini engkau hanya setia pada ucapan, mengabdi pada gema, yaitu bentuk segala kepalsuan.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun