Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Risalah Pahlawan

20 Mei 2011   16:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:25 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemenangan sering diukur keberanian. Dan, itu pun memang harus diuji (Gbr: Googleimages)

[caption id="" align="alignleft" width="250" caption="Kemenangan sering diukur keberanian. Dan, itu pun memang harus diuji (Gbr: Googleimages)"][/caption] "Bila kapal itu belum kau bakar. Kepalamu hanya berpikir untuk kembali ke pantai dan jejakkan kaki kembali ke sana, dan pulang. Kemenangan tidak pernah diberikan Tuhan kepada pengecut!" Kalimat itu berkelebat begitu saja di pikiran. Di tengah arus ombak pikiran yang sama sekali tidak dinamis. Terasa secuil gundah. Juga gelisah. Karena, yang sedang kulakukan adalah mirip sebuah perjudian. Maka pergulatan pikiran itu terus saja bermain. Pikiran positif terkadang berubah ujud menjadi raksasa,"Meski itu mirip pertaruhan, tetapi itu bukan perjudian!" Sangar sekali suara itu. Merenung kembali. Apa saja yang sudah kuusahakan untuk membuat 'sesuatu' di dalam menjadi lebih baik? "Kau sudah berjuang untuk menabrak pagar keterbatasan dengan usaha yang kau lakukan! Kenapa harus ragu?" Suara itu muncul saat mata sedang menatap seorang perempuan dengan menggendong anak di badan jalan Slipi. "Kau boleh biarkan dan nikmati keraguan itu jika memang kau diam saja. Jika kau hanya mematung tanpa berusaha memupuk satu rumput pun!" Lagi, suara itu datang. "Kau harus yakin! Yakin! Ingat kataku: yakin!" "Ingat lagi... tak ada pemenang tanpa keyakinan!" Ah, kali ini aku merasa ditampar saja oleh suara yang seperti tidak memberi kesempatan untukku berpikir itu. "Kau tahu! Kalau pun kau masih melihat itu sebagai perjudian. Aku akan mengajakmu juga untuk melihat lagi. Dalam judi pun, hasil yang bisa kau dapat akan kian besar saat kian besar yang kau pertaruhkan di sana! Dan kau harus lihat juga lagi, pertaruhanmu bukan pertaruhan orang buta! Kau pemberani! Kemenangan selalu layak untuk berani!" "Lihat! Kapalmu sudah kau bakar, itu jadi ciri seorang yang berani. Sandarkan yakinmu pada Tuhan! Bukan pada kapal itu!"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun