Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Nature

Citarum: 1 dari 10 Sungai Terburuk Dunia. So?

27 April 2011   20:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:19 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1303936157185473596

[caption id="attachment_105564" align="aligncenter" width="511" caption="Kita meminjam sungai itu dari mereka yang belum lahir. Pilihan terhormat hanya jika kelak bisa mengembalikannya bukan dalam keadaan seburuk-buruknya (Gbr: sukadiklik.blogspot.com)"][/caption] Kita bisa berlapang dada andai yang muncul di pemberitaan dunia, Indonesia menjadi bagian dari negara yang memiliki kelebihan. Tetapi, niat berbusung dada, pasti dengan sangat terpaksa harus berganti dengan mengurut dada saat harus pelototi hasil riset yang menyebut bahwa salah satu sungai di Indonesia merupakan salah satu dari dari 10 sungai terburuk di dunia. Dan, sungai tersebut bernama Citarum.

Aceh berada cukup jauh dari Bandung. Untuk ke daerah saya ini, butuh perjalanan berkisar 3-4 jam dari Bandung ke Bandara Soekarno Hatta dan ditambah sekitar 3 jam kesempatan untuk melamun di pesawat. Dari tempat yang demikian jauh itu, saya mencoba merenung. Sesekali menggaruk-garuk kepala. Sama sekali bukan karena di balik rambut saya sedang 'bersemayam' kutu. Namun karena, lagi, melamun tentang catatan yang sedang terhidang di depan mata saya saat membuka beberapa website yang bercerita tentang Sungai Citarum.

Ada banyak artikel yang dihidangkan, di samping juga beberapa reportase yang memang sengaja saya buru. Utamanya dari National Geographic sebagai media yang getol bicara tentang lingkungan.

Dari National Geographic, saya mendapati serangkaian catatan reportase yang berbicara tentang efek buruk yang sudah terjadi dan mungkin terus membawa pengaruh untuk Bandung dan sekitarnya. Di sana disebutkan, bahwa per Maret 2010 saja, tercatat kerugian semua jenis industri di Kabupaten Bandung, Purwakarta, dan Karawang mencapai Rp200 miliar. Kerugian ini dialami lebih dari 200 perusahaan. Parahnya tingkat sedimentasi serta pencemaran limbah industri dan rumah tangga pada Sungai Citarum menyebabkan sekitar 100.000 hektar sawah yang mendapat pengairan dari sungai itu menjadi tidak produktif pula.

Berlanjut dengan sedikit ulasan lanjutan yang berhubungan dengan itu tertulis di sana. Dari sekitar 100 ribu hektar saja, dihitung potensi kerugian bisa sampai 16 triliun rupiah per tahun. Jika kondisi ini dibiarkan akan mengganggu ketersediaan pangan nasional, karena Jawa Barat merupakan salah satu lumbung beras nasional.

Klop. Dan saya cuma bisa melongo sampai ke bagian tersebut. Menurunkan mata lagi ke bawah tulisan di sana lagi. Dikatakan pula, di wilayah hilir, air tawar Sungai Citarum diperlukan untuk mengurangi keasinan air tambak menjadi payau sehingga kondusif bagi tumbuhnya ikan bandeng. Akibat airnya tercemar juga, saat ini puluhan ribu hektar di kawasan pesisir pantai utara Karawang dan Bekasi tak bisa ditanami udang windu.

Di Desa Pantai Bahagia saja terdapat 3000 hektar tambak, 1000 hektar di antaranya rusak terkena abrasi. Sementara di wilayah hilir Citarum, ada sekitar 30.000 hektar tambak bandeng (Sumber: National Geographic).

Beranjak lagi dari berita yang ternyata dikutip media lingkungan itu dari kompas.com, saya mencoba mengulik lagi berita yang saya baca sebelumnya. Agak lama hanya menatap judul berita: Sungai Citarum Masuk dalam 10 Sungai Terburuk di Dunia. Ini yang sedikit membuat saya melongo. Disebutkan di sana, 10 sungai terburuk tersebut merupakan hasil riset dari Internasional River Basin Monitoring, lembaga riset independen internasional yang menangani masalah lingkungan. Lembaga tersebut telah meriset sungai-sungai di dunia pada tahun 2009.

Jadi teringat ketika masih kecil dulu, hanya dengan mendapat nilai tidak lebih dari 7, saya merasakan malu yang teramat sangat. Dan, ini seiring dengan kedewasaan, kalau saya hanya merasa malu dengan sesuatu yang cuma berkisar dengan diri sendiri, tentunya sudah tidak tepat lagi. Ini menjadi suatu aib. Bukan cuma aib Jawa Barat. Namun, merupakan aib juga bagi semua masyarakat Indonesia. Saya ikut merasakan aib tersebut.

Memaki pemerintah, baik di pusat maupun pemerintah tempat sungai dimaksud berada, saya kira bukanlah sebuah pilihan bijak. Hari ini yang dibutuhkan hanya jalan keluar dari masalah serius itu. Namun, saat melangkah pada beberapa catatan lainnya lagi yang masih berkaitan dengan Citarum. Yang saya harap sebelumnya terdapat serangkaian catatan yang berisi solusi. Namun yang saya temukan tidak lebih keluhan dan keluhan.

[caption id="attachment_105567" align="alignleft" width="500" caption="Langkah-langkah sekecil apapun, tetap berharga untuk membuat Citarum menjadi lebih baik (Repro: http://liviumihaiu.ro/)"][/caption] Keluhan itu tidak hanya datang dari masyarakat saja. Namun pihak pemerintah pun, meski membungkusnya dengan bahasa-bahasa ilmiah dan cerita tentang upaya yang sudah dilakukan dan akan dilakukan. Tetap, masih tersirat keluhan di sana. Entah itu yang berhubungan dengan mental masyarakat yang berada di lingkungan sungai tersebut. Sampai dengan soal uang dan uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun