Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belah Durian

21 Maret 2010   18:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:16 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_99225" align="alignleft" width="260" caption="Sebaiknya CB 100 tidak dipergunakan untuk menjual durian (Gbr: Google)"][/caption] Berpikir itu memang terkadang tidak perlu terlalu lurus. Sesekali butuh dibelokkan. Persis saat membawa motor di jalan raya. Sebab memang di jalanan itu begitu banyak kendaraan lain yang jauh lebih besar. Pernah mengenal sepeda motor CB 100? Itu motor lama. Sekarang memang dipakai juga, terbukti sesekali terlihat juga membelah jalanan dari berbagai desa juga di kota-kota besar. Apa hubungan Cb 100 dengan belah durian? Iya, CB 100 itu kan motor gaek. Pengendara dan peminatnya dulu juga sudah banyak yang meninggal dunia. Kalaupun masih ada yang tertinggal dari peminat setia (bukan yang latah dan memodifikasi motor tersebut seperti yang dilakukan banyak anak muda) motor tersebut, paling hanya satu dua. Mereka hanya bisa membawa kendaraan ini pelan-pelan saja. Pertama, yang membawa juga harus melunak pada diri sendiri yang tidak terlalu kuat untuk makan angin. Terus, memang mata orang tua jelas tidak sebening yang muda. Masih bingung kaitan dengan belah durian? Iya, memang. Saya juga bisa merasakan hal ini. Maksud saya begini. Sebentar saya tarik napas dulu [caption id="attachment_99228" align="alignleft" width="196" caption="Jelas, ini bukan durian. Lihat dengan jelas (Gbr: Google)"][/caption] untuk mencari-cari alasan. Karena memang Motor CB 100 ini produksi lama. Ia harus menyesuaikan diri dengan kondisi jaman yang sudah jauh berubah. Artinya banyak motor-motor yang terlihat jauh lebih bergengsi, mulai menguasai pasar. Bukan mulai lagi tapi memang sudah jauh tersingkirkan pasar CB 100. Dan ini jelas sampai motor ini tidak lagi diproduksi ulang. Nah, jika saat membelah jalan raya, motor ini dipastikan tidak akan dipaksakan pemiliknya untuk bersaing kecepatan dengan motor-motor keluaran terbaru. Sebab jelas, orang tua butuh energi berlebih untuk bisa saingi yang muda. Seperti itulah gambarannya kira-kira.

***

Dari sini, saya terbayang dengan potret yang tertulis di cerita Siti Nurbaya. Betapa, seorang lelaki yang sudah tua masih saja memburu perawan. Ini tidak terhenti hanya dalam cerita roman yang ditulis Marah Rusli itu. Namun sampai detik ini juga masih kerap terjadi perihal macam begini. Uhm, ya orang tua memaksa untuk bisa seperti anak muda, mendapat jatah seperti anak muda serta bisa melakukan banyak pekerjaan susah seperti halnya anak muda. Sebuah pemaksaan diri  sendiri yang mestinya tidak lagi harus terjadi. Maka, saat menyimak potret itu. Oleh sebab merasa saya memang suka berpikir lurus-lurus saja. Terbayang [caption id="attachment_99226" align="alignright" width="300" caption="Saatnya belah durian. Dan ini memang makanan anak muda. Orang tua simpan dulu nafsunya untuk zikir (Gbr: Google)"][/caption] di pikiran saya, seorang lelaki tua memaksa untuk membelah durian. Kita minta beliau untuk memegang sendiri parang sebagai alat bantu proses pembelahan ini. Dari yang sering saya perhatikan fisik orang tua, gemetaran, saya khawatir kalau mempercayakan parang kepada lelaki uzur. Niatnya bisa membelah durian, untuk bisa merasakan daging durian yang harum, malah parang itu nanti mengarah ke tangan sendiri. Walaupun tidak sampai putus, tetapi jika mengeluarkan darah yang terlalu banyak. Bukankah itu tidak membantunya juga untuk bisa menikmati durian itu. Maksud saya, konsentrasi pada harumnya durian itu sedikitnya pasti akan terganggu. Karena orang tua, bila darah yang keluar terlalu banyak, bisa juga terjadi lelaki ini mati persis di depan durian yang baru dibelahnya namun tak sempat tercicipi. Memang, sebaiknya durian itu cukup menjadi makanan anak muda. Sedang yang tua bawa saja Motor CB 100 untuk bernostalgia. Catatan: Semoga durian yang saya ilustrasikan di sini betul-betul dipahami sebagai durian yang sebenarnya. Gegerkalong, 220310

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun