Berbeda dengan capres yang yang sebulan terakhir terlihat kian rajin menjadikan cerita kemiskinan dan kesusahan sebagai jalan untuk menuai simpati kalangan akar rumput. Ia bisa berbicara tentang kemiskinan dan kesusahan hingga mampu mengesankan bahwa dia pernah merasakan kesusahan melebihi Hamdan ATT.Â
Apa hubungan dengan Hamdan ATT? Bagi Anda penggemar jazz dan sejenisnya hingga menolak dangdut, nama tersebut adalah penyanyi dangdut yang terkenal di awal 1990-an dengan lagu "Termiskin di Dunia." Ia mampu menyanyikan lagu itu dengan sempurna, hingga penonton TV hitam putih era itu mengira ia benar-benar paling susah sedunia. Terpikir, jangan-jangan capres disebut tadi adalah fans berat Hamdan ATT.
Masalahnya, Hamdan ATT bisa menghibur orang dengan gaya "sok susah" yang dia tampilkan. Berbeda dengan capres tadi, ketika dia berbicara tentang kesusahan malah ia benar-benar menyusahkan orang-orang. Walaupun, iya, yang paling susah justru pendukungnya sendiri yang harus mencari segala cara agar "gaya orang kaya" yang tetap tidak bisa lepas darinya, tidak membawa pengaruh buruk pada pertarungan perebutan suara.
Hanya dalam hitungan hari setelah mengeluarkan kalimat bernada melecehkan kepada warga Boyolali, giliran pekerja ojek online jadi cibiran. Bisa dipahami bahwa ia ingin mengangkat cerita kesedihan untuk menyentuh perasaan pendengarnya, untuk meyakinkan bahwa dialah paling peduli kepada masyarakat miskin dan masyarakat yang kesusahan.Â
Atau, jika ingin berprasangka lebih baik lagi, bisa jadi juga dia memang tersentuh dengan kemiskinan dan kesusahan bangsanya. Namun, jika ini alasannya, saya pikir dia takkan memilih berdiam di rumah di area yang hampir lima hektar.Â
Sebab dengan rumah besar di area seluas itu, kecil kemungkinan warga miskin yang ada di sekitarnya ada yang berani mengetuk pintu semisal meminta bantuan karena kesulitan ke rumah sakit atau ada masalah dikejar tukang kredit! Bahwa ada cerita jika capres ini rajin membagi-bagi hasil panen kebunnya dan membiarkan warga memetik sendiri, ini mesti diakui sebagai sikap mulia. Namun seberapa percaya diri seorang warga miskin mendatangi tempat yang terjaga layaknya istana?
Ya, ada jarak yang terbangun, meski mungkin itu tidak sengaja. Ada jarak antara dirinya dengan warga miskin, yang memiliki kehidupan yang tidak cukup dikabarkan feature dimuat majalah atau dikabarkan televisi. Ada sekat antara kehidupannya dengan kehidupan orang susah, yang tak bisa membantunya melihat dengan terang seperti apa sebenarnya perasaan orang-orang susah dan kesulitan.Â
Kalaupun bepergian, dia pasti lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi dan supir pribadi lengkap dengan pengawal. Apalagi ia menggunakan jasa ojek online atau ojek pangkalan, untuk bisa mendengar kehidupan mereka secara langsung setiap bepergian, rasanya terlalu muskil atau bisa jadi mustahil. Atau Anda melihat saya terlalu buruk sangka? Nah, mungkin Anda belum pernah mendengar lagu Hamdan ATT.***Â