Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Alhamdulillah, Jonru Antifitnah dan Hoaks

31 Agustus 2017   02:30 Diperbarui: 1 September 2017   22:12 32585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Jonru tampil di Indonesia Lawyers Club - FOTO: Tribunnews.com

Juga, bagaimana tidak bermanfaat jika dengan fitnah ada banyak tokoh politik yang terbantu mendapatkan jalan lebih lebar memuluskan langkah-langkah untuk misinya. Makin mulus makin berpotensi membawa fulus, kok. Secara yang mulus memang selalu menuntut fulus. Soal orang lain mulas, itu masalah "para haters" saja. Politikus adalah gudang yang dapat menghasilkan fulus, karena mereka sebagian memang lebih lihai mengendus.

Tak perlu bicara misi bangsa, sih, sebab politikus tak melulu harus diidentikkan dengan bangsa, sebab mereka tak sedikit yang memang menjadikan politik sebagai kendaraan sebenar-benar kendaraan, untuk mengantarkan mereka ke impian pribadi hingga membantu anak istri bisa keliling berbagai negara lagi. 

Bukan rahasia, jika menjadi politikus itu, jika Anda membawa niat terlalu mulus justru bisa mengancam Anda menderita mulas-mulas. Bagaimana tidak, jika Anda lurus-lurus saja, akan ditumbuk habis-habisan oleh kalangan yang gemar berbelok-belok meniru Valentino Rossi hingga Marco Simoncelli.

Juga bukan rahasia jika dengan mendapatkan tempat di dunia politik, maka dunia pun milik Anda. Jika para playboydebutan masih terpaku dengan lamunan dunia milik berdua seraya membayangkan anak tetangga, para politikus itu betul-betul merasa bahwa dunia itu milik embah-nya mereka. Di depan media, mereka tampil seolah membela rakyat, tampil di tengah masyarakat berdemo, turut berkeringat di bawah matahari, lalu memproklamirkan sebagai pembela rakyat. 

Padahal, kehadiran mereka di tengah pendemo pun tak lebih lantaran merasa bahwa itu adalah jembatan mereka, selaras dengan strategi politik mereka. Bukankah musuhnya musuh kita adalah sahabat? Kira-kira begitulah.

Jadi, Anda pun jangan heran jika melihat Jonru bisa berfoto dengan mantan calon presiden hingga Rocky Gerung dengan wajah begitu semringah. Sebab, tak ada yang betul-betul bisa dekat jika memang tak ada chemistryyang dapat menjadi perekat. Jadi, Anda tak perlu iri apalagi benci, karena benci bisa menjadi cinta--nah, Anda para gadis silakan bayangkan sejenak jatuh cinta kepada tokoh bernama Jonru.

Jika Anda berdalih bahwa Jonru tetap pantas dibenci dan dicacimaki, jangan, sekali lagi jangan. Jangan, karena kebencian Anda hanya merisaukan Anda sendiri, dan membuat kepala dan hati Anda keruh (sampai di sini, saya sudah mirip pakar politik sekelas Rocky Gerung?). 

Saya saja mendoakan Jonru mendapatkan hidayah, karena dia dan orang-orang partainya paling rajin mendoakan, "Semoga Anda mendapatkan hidayah," terutama jika mereka sudah terdesak saat harus berdiskusi hingga berdebat. Bukankah saling mendoakan, terutama berdoa mendapatkan hidayah adalah doa sangat baik? Walaupun, jujur sih, jika saya berdoa mendapatkan hidayah ke diri sendiri, maka saya berharap hidayah itu tidaklah serupa dengan "hidayah" yang telah didapatkan Jonru sejauh ini.

Kenapa? Sebab belum ada petunjuk jelas, apakah betul Jonru anti fitnah dan anti hoaks? Jika memang sudah ada petunjuk dan bukti ia bukanlah tokoh fitnah di era jejaring sosial ini, ehem, saya juga tetap tak ingin menjadi Jonru. Sebab, kata istri saya sih, saya jauh lebih tampan dari Jonru. Nah!*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun