Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Setelah Ramai-ramai Mengeroyok Afi

13 Juni 2017   00:36 Diperbarui: 5 Juli 2017   19:56 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Afi saat bertemu Presiden Joko Widodo di istana negara - Gbr: Tribunnews/Agus Suparto

Jika diibaratkan orang yang sedang berlari kencang lalu terjegal, tingkat rasa sakit cenderung sangat besar. Nyaris dapat dipastikan, itulah yang kini sedang dialaminya. Terlepas itu kesalahan siapa, tapi saya berpikir, gadis ini membutuhkan tenaga lebih besar agar ide-ide yang menancap di pikirannya dan selama ini berusaha diperjuangkannya tidak lumpuh atau mati.

Dia masih membutuhkan dukungan sangat besar. Dia lebih membutuhkan contoh dan pemberi semangat, selain juga menunjuki seperti apa jalan kepenulisan yang sebenarnya. Yang memberi contoh tentu saja, idealnya, yang tetap dapat melihat dirinya sebagai sosok perempuan masa depan, yang tetap melihatnya sebagai manusia yang memiliki "harga diri".

Pesan Ernest Hemingway untuk siapa pun yang dapat melihat kekurangan yang selalu ada di dalam diri sendiri - Gbr: BrainyQuote.com
Pesan Ernest Hemingway untuk siapa pun yang dapat melihat kekurangan yang selalu ada di dalam diri sendiri - Gbr: BrainyQuote.com
Katakanlah itu seorang mentor. Inilah figur yang sekarang sangat dibutuhkan, agar tetap melanjutkan cita-citanya menyampaikan pikiran-pikiran inklusif dan plural, seraya terus bekerja untuk ide-ide humanisme. Dengan mentor yang tepat, semua pukulan yang kini menimpanya, meski memang menjadi pukulan sangat keras, namun juga berpotensi memberinya tenaga jauh lebih besar untuk dapat berkarya dan melahirkan hal-hal lebih besar.

Sederhana. Semua penulis pernah melakukan kesalahan, entah dalam mengutip, mengambil referensi, atau bahkan niat di balik sebuah tulisan. Tapi dalam kasus Afi, saya meyakini dia menulis karena ada ide besar yang menggelayuti pikirannya.

Afi memiliki perasaan terpanggil untuk melawan berbagai kezaliman yang kerap berangkat dari alasan mayoritas lebih berhak atas segalanya dibandingkan minoritas, pria harus lebih berkuasa dibandingkan wanita, dan berbagai potret lainnya.

Terlepas cara dilakukan Afi, dia masih bekerja untuk melawan itu; dengan cara yang ia bisa, dengan keterbatasan pengalamannya. Ada niat baiknya bahwa semua manusia dapat diperlakukan selayaknya manusia terlepas apa pun agama, suku, dan latar belakang lainnya.

Saya kira, dengan niat baik yang masih dimilikinya untuk memperjungkan ide-ide kemanusiaan itu, Afi masih tetap pantas diperlakukan dengan baik. Selain, agar dia pun lebih tergerak untuk bekerja dengan cara lebih baik untuk sebuah ide besar itu; untuk kemanusiaan.

                                                                                                              ***

Untuk Afi sendiri, jalan menulis ini memang bukanlah sebuah tempat penuh bunga atau selalu berisi angin yang penuh kesejukan. Banyak yang telah menempuhnya entah untuk berbagi, untuk mengubah diri sendiri dan orang-orang atau sekadar untuk aktualisasi diri. Biasanya, mereka yang berangkat dari niat baik, takkan berhenti terlepas dalam perjalanan terkadang tersandung.

Banyak penulis yang harus melewati jalan penuh ranjau hingga berbagai duri. Ernest Hemingway, penulis dunia yang pernah mendapatkan hadiah Nobel itu, bahkan mengalami pukulan dari berbagai sisi tak terkecuali rumah tangganya pun menjadi taruhan--dia menikah hingga empat kali. Latar belakangnya dari kalangan berada, tak lantas menjanjikan dirinya dapat menjalani segalanya dengan mulus. Tapi dia memilih tetap berjalan hingga namanya pun abadi.

Atau, J.K Rowling yang masih menjadi magnet di dunia literasi dunia. Dia menulis karena "asuhan" berbagai pengalaman buruk dari depresi--perasaan putus asa mendalam--bercerai dari suami, hidup dari sumbangan karena bercerai dan tak punya pekerjaan, bahkan dia pernah hampir melakukan hal fatal, bunuh diri karena beratnya hidup harus dilakoninya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun