Mohon tunggu...
Achmad Soefandi
Achmad Soefandi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, Jurusan Sosiologi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Sekolah Sudah Mati ?

11 Maret 2015   22:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:47 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekolah sudah mati, itulah salah satu kalimat yang saya temukan di buku berjudul “sekolah itu candu”, karya Roem Topatimasang. Kalimat itu memang terinspirasi dari kalimat filsuf Nietzsche bahwa “tuhan telah mati”.Kalimat tersebut tidak bisa ditafsirkan secara langsung, karena banyak makna terkandung dari kalimat sekolah sudah mati. Sebelum membahas kalimat tersebut, kita harus memahami arti kata sekolah. Kata sekolah berasal dari bahasa Latin berasal dari kata sekule yang artinya waktu luang. Jadi pada masyarakat Yunani dulu anak yang memiliki banyak waktu luang dititipkan kepada seorang yang memiliki pengetahuan, sementara orang tua bekerja. Aktifitas menitipkan anak kepada orang yang memiliki pengetahuan ini dinamakan sekolah (Topatimasang, 1999). Jadi sejatinya sekolah bertujuan mengisi waktu luang anak dengan memberikan pengetahuan.

Pada saat ini sekolah tidak hanya ajang mengisi waktu luang untuk mengisi pengetahuan, akan tetapi fungsi sekolah berkembang menjadi sarana mobilitas vertical. Maksudnya sekolah diharapkan menjadi tempat untuk meningkatkan status social individu, dengan patokan bisa mendapat pekerjaan layak dalam masyarakat dan meningkatkan perekonomian individu. Contohnya seorang anak tukang odong odong dengan penghasilan kecil, menyekolahkan anaknya sampai sarjana, agar si anak kelak endapatkan pekerjaan layak dan mendapatkan penghasilan lebih besar dari orang tuanya. Memang pada era sekarang lapangan pekerjaan menuntut calon pekerjanya menyandang gelar tertentu untuk menduduki suatu jabatan. Patokan gelar dan ijazah dalam perekrutan tenaga kerja inilah yang membuat pendidikan menjadi modal yang sangat penting dan sekolah tak ubahnya merupakan arena perebutan modal, menurut Bourdieu. Perekrutan berdasarkan ijazah dan gelar inilah yang menyebabkan calon pekerja yang memiliki skill, akan tetapi tidak memiliki gelar, sulit mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan. Standar gelar ini secara tidak langsung telah mereduksi calon pekerja tak ubahnya seperti angka angka, para calon pekerja dilihat hanya dari angka dan huruf yang tercantum dalam selembar kertas bernama ijazah.

Di era kita sekarang, apalagi menyambut masyarakat komnitas ASEAN, masyarakat diluar indonesia bebas masuk dan bersaing dalam ranah untuk meraih modal. Saya membahas masyarakat komunitas ASEAN, karena secara tidak langsung persaingan dengan warga di luar indonesia ini juga termasuk dalam ranah pendidikan dan dalam arti sempit juga arena dalam persaingan modal budaya atau pengetahuan. Kembali kepada sekolah ranah, pada ini pendidikan digenjot agar peserta didiknya bisa bersaing dengan warga asing khsusnya dalam hal mencari pekerjaan. Banyak seminar seminar dilakukan khususnya bertemakan seminar pengusaha dalam rangka menghadapi masyarakat ASEAN.

Kembali pada pertanyaan saya, yang saya sodorkan di judul tulisan ini “apakah sekolah sudah mati ?”, sudah saya bahas sedikit diawal paragraf bahwa sekolah sejatinya ditujukan untuk mendapatkan pengetahuan. Jika sekolah hanya ditujukan untuk mencetak tenaga kerja murah berarti “sekolah sudah mati” (Topatimasang, 1999), karena sudah menyimpang dari makna awal dan tujuan sekolah. Memang kita tidak bisa menutup mata dengan era kita saat ini dimana persaingan semakin ketat dan sekolah diharapkan bisa memberikan bekal bagi peserta didiknya, salah satunya bekal untuk bersaing dengan warga asing untuk mencari pekerjaan di era masyarakat ASEAN. Akan tetapi sekolah tetap tidak bisa lupa bahwa bekal pengetahuan tidak hanya digunakan dalam bidang ekonomi saja, karena terasa sempit sekali kalau hanya berkutat di situ saja. Sekolah diharapkan memberikan bekal yang lebih luas lagi yaitu bekal dalam menghadapi kehidupan.

Daftar Pustaka

Topatimasang, Roem. 1999. Sekolah itu Candu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun