Vidio atau tulisan sama-sama narasi. Tujuan narasi dalam kontek politik sangat lah luas, bisa mempengaruhi opini publik, membangun wacana publik, bisa juga untuk mempengaruhi publik, yang membedakan jaman.
Kemudian, kepemimpinan para raja ditanah Nusantara, ambil contoh kepemimpinan di tanah Sunda. Kejayaan dan peradaban besar pernah lahir di Jawa Barat, bahkan kerjaan tertua di Nusantara Jaya diyakini adalah kerajaan Salakanagara.
Kerjaan tersebut merupakan kerjaan induk dan tertua yang melahirkan peradaban seperti Sriwijaya, Padjajaran, Majapahit. Tetapi minimnya informasi, literasi dan bukti sejarah yang ditemukan, keberadaan kerajaan tersebut masih menjadi perdebatan.
Akhirnya, karena kurangnya hal tersebut, keberadaan kerjaan Salakanagara dianggap mitos oleh para akademisi dan para ahli sejarah.
Belajar dari sejarah tersebut, kurangnya bukti, narasi akhirnya ditarik kearah yang sifatnya metafisik. Sedangkan hal itu bertentangan dengan spirit akademisi. Konten atau narasi adalah hal penting untuk menyampaikan dan mewariskan hal demikian.
Sehingga, generasi yang akan datang mengetahui bagaimana beratnya para pemimpin dalam menyelesaikan persoalan dan penderitaan rakyat yang dialami. Jangan sampai, kita menjadi bangsa yang miskin literasi dan miskin kreativitas.
Perkembangan dan perubahan zaman memang tidak bisa dilawan. Apalagi, bangsa Indonesia merupakan bangsa follower mengikuti abad modern yang diciptakan oleh bangsa lain. Keberadaan platform media sosial merupakan ruang tanpa batas untuk menyebarkan narasi sampai ke pelosok terjauh.
Bangsa Miskin Narasi
Oto kritik terbesar penulis hari ini kepada pemimpin atau masyarakat, bangsa kita adalah bangsa yang miskin narasi bangsa yang miskin literasi. Narasi-narasi strategis seharus disampaikan kepada dunia secara berkesinambungan kalau kita adalah bangsa besar dengan peradaban besar.
Perang narasi dalam bentuk tulisan atau audio visual menjadi sebuah kebutuhan ditengah pertarungan yang sangat ketat dan keras. Bangsa lain melakukan invasinya bagaimana mempengaruhi masyarakat global, sedangkan pemimpin di daerah kita masih sibuk berkutat dengan hal remeh temeh.
Konten itu hanyalah metode untuk mempengaruhi publik, untuk menyampaikan pesan kepada publik, untuk menggerakkan dan mengarahkan publik. Perdebatan semacam itu yang dipertanyakan oleh pemimpin daerah lain merupakan hal yang tidak perlu, terlalu remeh temeh dan elementer.