Mohon tunggu...
Agus Priyanto
Agus Priyanto Mohon Tunggu... Freelancer - sodarasetara

----

Selanjutnya

Tutup

Politik

Revolusi Mental, Rajawali Bangkit di Tahun Percepatan

20 Januari 2016   20:31 Diperbarui: 20 Januari 2016   20:36 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

...

“Saya memiliki keyakinan yang sama dengan Bung Karno bahwa pergerakan yang ingin kita bangun adalah pergerakan menjebol mentalitas bangsa yang masih berada dalam ketidakadilan, ketidak merdekaan, ketertindasan serta membangun sebuah mentalitas baru sebagai bangsa yang merdeka seratus persen. Makna mendasar yang paling dasar dari kemerdekaan dan makna terdalam dari sebuah perubahan mental, dari sebuah revolusi mental.

Ayo kerja, sesungguhnya ada perwujudan praktis dari gerakan revolusi berfikir, revolusi pola pikir, revolusi karakter dan revolusi mental. Revolusi mental itu bukan hanya untuk rakyat, namun harus menjangkau dan mengikat para penyelenggara negara. Para penyelenggara negara memiliki tanggung jawab, memiliki moral maupun konstitusional untuk bekerja jujur, untuk bekerja tanpa pamrih, untuk bekerja melayani rakyat secara paripurna.”

Presiden Jokowi, Pidato Sambutan 70 Tahun Indonesia Merdeka

[caption caption="diambil dari jpnn (http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=253493)"][Presiden Jokowi ditengah massa relawan saat kampanye di GBK]

Revolusi Mental yang menjadi dasar dari cita-cita perubahan dalam Pemerintahan Jokowi sangat jelas mengandung pesan bahwa, terutama sekali, harus menjangkau dan mengikat para penyelenggara Negara.

Itulah yang dimaksud oleh Presiden Jokowi ketika ia juga menulis di Kompas Cetak pada 10 Mei 2014. Jokowi yang kala itu masih sebagai Calon Presiden dari PDI Perjuangan mengatakan bahwa Agar perubahan benar-benar bermakna dan berkesinambungan, dan sesuai dengan cita-cita Proklamasi Indonesia yang merdeka, adil, dan makmur, kita perlu melakukan revolusi mental.

Perjalanan bangsa Indonesia yang telah 70 tahun merdeka dan 17 tahun melewati era reformasi, menurut pandangan Calon Presiden Jokowi dalam opini kompas cetak tersebut, ternyata masih menyimpan sejumlah tradisi atau budaya yang pernah tumbuh subur serta berkembang di alam represif Orde Baru.

Sejumlah tradisi atau budaya yang sempat subur dan berkembang di era Orde Baru tersebut, seperti korupsi, intoleransi terhadap perbedaan, dan sifat kerakusan, sampai sifat ingin menang sendiri, kecenderungan menggunakan kekerasan dalam memecahkan masalah, pelecehan hukum, dan sifat oportunis; ternyata masih menyelimuti para penyelenggara Negara atau sebagian warga Negara kita.

Menurut Calon Presiden Jokowi kala itu, “Kesemuanya ini masih berlangsung, dan beberapa di antaranya bahkan semakin merajalela, di alam Indonesia yang katanya lebih reformis”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun