Pendahuluan
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem laut dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Ekosistem ini menyediakan habitat bagi ribuan spesies laut, melindungi garis pantai, dan menjadi sumber penghidupan masyarakat pesisir. Namun, keberadaan terumbu karang semakin terancam oleh fenomena coral bleaching atau pemutihan karang. Pemutihan terjadi ketika karang kehilangan alga simbion akibat tekanan lingkungan yang ekstrem. Fenomena ini telah dilaporkan di berbagai kawasan tropis dan kini menjadi isu lingkungan global (Eso dkk., 2025).
Isi/Pembahasan
Peningkatan suhu laut menjadi faktor utama yang memicu pemutihan karang. Kenaikan suhu sebesar satu hingga satu setengah derajat di atas rata-rata musiman membuat karang mengeluarkan zooxanthellae dari jaringannya sehingga tampak memutih. Peristiwa iklim global seperti El Nio dan La Nia memperparah pemutihan massal di kawasan tropis, sementara faktor lain seperti pencemaran, pembangunan pesisir, dan praktik penangkapan ikan yang merusak menambah kerentanan karang (Setiawan dkk., 2017).
Pemutihan karang menimbulkan dampak luas pada aspek ekologi, ekonomi, dan sosial, dalam sisi ekologi, bleaching mengurangi tutupan karang hidup, merusak habitat ikan, serta melemahkan fungsi ekosistem laut. Dampak ekonomi meliputi penurunan hasil perikanan dan melemahnya sektor wisata bahari, sedangkan dampak sosial berupa meningkatnya kerentanan masyarakat pesisir yang kehilangan sumber penghidupan. Studi kasus di Indonesia menunjukkan, di Lombok Barat pemutihan karang pada 2020 memengaruhi komunitas bentik dan menurunkan fungsi ekosistem laut (Ghafari, 2025). Sementara di Kepulauan Seribu gelombang panas laut pada 2024 menyebabkan kematian hingga 38 persen koloni. Kasus ini menegaskan bahwa coral bleaching bukan hanya masalah lokal, tetapi bagian dari fenomena global yang serius (Razak dkk., 2025).
Berbagai langkah bisa dilakukan untuk menekan dampak pemutihan karang, seperti pemantauan rutin kondisi terumbu karang di berbagai wilayah (Hadi dkk., 2019). Restorasi dilakukan dengan metode transplantasi karang pada area yang rusak parah. Selain itu, keterlibatan masyarakat memegang peranan penting dalam menjaga keberlanjutan ekosistem melalui program edukasi yang bisa meningkatkan kesadaran generasi muda (Eso dkk., 2025).
Kesimpulan
Fenomena coral bleaching adalah masalah global yang terutama disebabkan oleh kenaikan suhu laut dan diperburuk oleh aktivitas manusia. Dampaknya mencakup kerusakan ekosistem, penurunan ekonomi perikanan dan pariwisata, serta meningkatnya kerentanan masyarakat pesisir. Kasus di Lombok dan Kepulauan Seribu memperlihatkan betapa seriusnya ancaman ini. Oleh karena itu, pemantauan berkelanjutan, upaya restorasi, dan edukasi publik harus diperkuat untuk menjaga kelestarian terumbu karang.
Referensi
Eso, V. C., Putri, T. N., Zaun, V. W., Radia, R. F., Wora, R. L., & Hidayati, D. A. (2025). Edukasi terumbu karang dalam mencegah Coral Bleaching di Perairan Pulau Semau. Jurnal Pengabdian Perikanan dan Kelautan: Piskarias Ministerium, 3(1), 9--14. https://piskariasjurnal.ub.ac.id/index.php/piskarias
Ghafari, M. I. A. (2025). Evidence and impact of 2020 Coral Bleaching in West Lombok. Journal of Marine Sciences, 2(2), 2203. https://ojs.unimal.ac.id/JoMS/article/view/21520