Mohon tunggu...
Slamet Samsoerizal
Slamet Samsoerizal Mohon Tunggu... Penulis - Fiksi dan Nonfiksi

Penggagas SEGI (SElalu berbaGI) melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar dari Sosok Punk-siyun

28 Agustus 2022   19:05 Diperbarui: 28 Agustus 2022   19:12 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya selalu salut dan menaruh hormat kepada siapa pun yang hidupnya tertata. Tipe ini bahkan mengatur saat usia berapa ia harus menikah. Dengan calon istri mana kelak pilihannya akan ditentukan.

Bahkan ia mencanangkan, bahwa istrinya haruslah wanitakarier. Usia berapa mereka memiliki keturunan. Memilih asuransi pendidikan mana kelak buat anaknya menempuh pendidikan, ia sudah pastikan.

Bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara atau ASN, swasta atau malah memilih mandiri. Ia pun sudah menggemborkan keinginan tersebut, kepada siapa pun. Pokoknya, hidupnya berkonsep.  Sedemikian tertatanya, sehingga hidupnya makmur.  

Saat pensiun atau purnabakti pun, salut saya semakin bertambah. Anak-anaknya  sukses. Artinya dari segi pendidikan maupun status sosial. Si sulung jadi pengusaha dan kedua adiknya berprofesi dokter spesialis jantung dan kandungan.

Menurut kabar, ia bahkan memiliki pondok pesantren dan yayasan yatim piatu di kota asalnya. Simpulan saya, dia tipe manusia berkah.

 Satu teman lagi, hidupnya alamiah. Bahkan saat pensiun, ia hanya menjalani kehidupan wajarnya. Tidak bekerja lagi. Ia menikmati dana pensiun sebagai tabungan miliknya -- yang dipaksa melalui KPN tiap bulan, saat ia masih aktif sebagai ASN atau Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Ia tidak memiliki aset semisal punya sawah berhektar-hektar. Punya usaha entah kuliner atau rental speda sekali pun. Riwayat tentang rekening khusus selain dana pensiun, tak terdengar.

Dua anaknya sukses. Itu tidak saja dari sisi pendidikan. Akan tetapi, dari strata sosial.  Sulung berprofesi sebagai jurnalis.Si Bungsu, jadi dosen.

Dana tabungan? Boro-boro. Sebagai PNS golongan III dan hidup di kota besar, mana sempat mampir itu uang yang didapat dari gaji?

Dana darurat? Asuransi? Wah-wah, otaknya nggak nyampe kesana. Sisa gaji bersih sampai rumah hanya Rp1 juta. Hah kok bisa?

Boroskah? Oh, tidak! Surat-surat berharganya, seperti ijasah asli dan sejumlah SK Kepegawaian sudah sejak awal sebagai PNS diamankan di bank. Pinjaman demi pinjaman selalu dilakukan hingga akhir masa kepegawaiannya selama 33, 9 tahun.

Lunas yang setahun, karena meminjam dalam jumlah kecil -- bulan berikutnya pinjaman diperpanjang. Ini disebabkan  kebutuhan sekolah anak-anaknya yang tidak bisa ditunda, alih-alih keperluan makan dan minum.

Pilih Mana?

Siapa pun, diizinkan menyontek dari sosok inspiratif "punk-siyun" (mohon dibaca:  pensiunan). Mau pilih sosok yang berkonsep dan tertata, sah.  Sila pula menyontek gaya alami model sosok yang kedua.

Menjalani dan menyikapi hidup bukan seperti sedang bermatematika. Bukan pula bak manusia yang sok pandai berprediksi dengan masa depan.

Apabila sebagai pegawai atau karyawan yang mampu menuntaskan masa kerja hingga pensiun itu harus bersyukur. Menjalani masa-masa pensiun dengan rezeki melimpah juga harus dengan bersyukur.  Itulah kunci utamanya.

Rezeki tidak hanya melulu materi atau kebendaan,semisal berupa sejumlah uang dan kekayaan. Sehat, dikasih keluarga yang berkah, punya banyak teman baik, dan selalu nyaman adalah rezeki tiada tara.

Rezeki sudah Allah sediakan kepada setiap mahluk-Nya. Memohon agar selalu diberi keberkahan adalah wujud syukur yang hamba-Nya panjatkan, dalam meniti hari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun