Mohon tunggu...
Slamet Bowo Sbs
Slamet Bowo Sbs Mohon Tunggu... Jurnalis - Sarana Berbagi

Bukan siapa-siapa namun bertekad memberikan yang terbaik untuk sesama, pernah 7 tahun menjadi "pekerja" media . Saya bisa dihubungi di wa/call 085245208831, email : slametbowo83@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemuda dan Budaya Latah Berpolitik

6 Desember 2012   04:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:07 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilihan umum legislatif sudah di depan mata, meskipun masih dua tahun lagi namun aromanya sudah kian kuat tercium. 2014 akan menjadi momentum sejarah bagi bangsa ini, di mana 200 juta lebih warga Indonesia akan memilih 550 anggota DPR, DPD dan MPR RI untuk duduk di kursi panas senayan. Puluhan Partai Politik (Parpol) pun berbondong-bondong mendaftarkan diri sebagai calon peserta pemilu. Mulai yang dari misi memperjuangkan nasib rakyat, sampai yang hanya mengeruk keuntungan sekilas. Maklumlah di negeri ini memang partai yang dinyatakan sebagai peserta pemilu berhak mendapat bantuan layaknya Bantuan Langsung Tunai (BTL) yang diberikan negara kepada masyarakat kurang mampu. Meskipun akhirnya Komisi Pemilihan Umum (KPU) hanya mengesahkan 18 Partai Politik untuk ambil bagian dalam Pileg 2014 mendatang. Bukan persoalan Parpol tersebut yang akan penulis kupas tuntas dalam tulisan kali ini, melainkan peran generasi muda atau singkat katanya Pemuda yang akan kita bahas lebih mendalam. Mengapa pemuda, ya karena pemuda menjadi tulang punggung bangsa ini, mereka yang akan menjadi generasi penerus kepemimpinan mulai dari Nasional hingga daerah baik Provinsi maupun Kabupaten. Ini penulis menjadi amat penting agar generasi muda tidak hilang arah dalam memandang politik sebagai alat mencapai tujuan bersama. Pembahasan ini sebenarnya sudah sering penulis sendiri lakukan, dulu ketika masih menjadi aktifis sebuah organisasi kemahasiswaan. Khususnya seberapa urgen keberadaan mahasiswa dan generasi muda dalam kancah politik di negeri ini. Meskipun tidak ada hasil yang riil, namun pembahasan yang dilakukan menumbuhkan kepercayaan baru bahwa politik bagi generasi muda menjadi "virus" yang justru dapat mematikan generasi muda itu sendiri. Gubernur Fenomenal Jokowi Mungkin akan banyak yang membantah, khususnya mereka yang sudah ambil bagian secara langsung ke politik praktis dengan menjadi pengurus Parpol tertentu. Terlebih memang Parpol- parpol baru sedang menawarkan sejuta kemudahan untuk dimasuki generasi muda, sebut saja Partai Nasional Demokrat (NasDem) besutan Surya Paloh yang begitu tegas menyuarakan perubahan yang selama ini menjadi ikon generasi muda. Seorang teman penulis yang sama-sama aktivis HMI bahkan menyatakan, Pemuda harus terjun ke dunia politik sedini mungkin. Agar Parpol tidak dikuasai oleh orang-orang yang tidak pernah berorganisasi sama sekali. Ternyata waktu berkata lain, tidak sampai dua periode di DPR RI, fakta sejarah berkata lain. Penulis juga teringat seorang teman mantan Ketua Umum Badko HMI Kalbar, yang menyatakan generasi muda kita sudah hilang arah dalam berpolitik. Partai Politik sudah dianggap seperti makan siang, masuk Parpol kemudian mendaftarkan diri sebagai caleg dan menjadi anggota dewan, setelah itu baru kelimpungan tidak tahu harus berbuat apa. Apa yang dikatakan teman penulis tersebut tidak sepenuhnya benar, karena kebenaran hakiki hanya milik Allah SWT. Hanya saja tentu jika ditarik benang merah menjadi hal yang benar, ini terbukti karena sebagian besar generasi muda yang masuk jajaran anggota DPR, MPR, DPD tidak bisa berbuat banyak. Meskipun banyak juga yang muncul dengan kemampuan analisanya yang boleh di acungi jempol, seperti Maruarar Sirait, Budiman Sujatmiko, Rieke Diah Pitaloka dan masih beberapa nama lain. Namun kemudian nama-nama tersebut juga harus tersungkur di tengah derasnya arus lingkaran syaitan di gedung wakil rakyat terhormat. Bahkan kemudian Anas Urbaningrum yang konon merupakan calon pemimpin unggul yang dilahirkan PB HMI harus terjegal kasus korupsi. Ini membuktikan generasi muda tidak boleh latah dalam berpolitik, jika belum memiliki kemampuan luar biasa. Kita pemuda sudah memiliki kiblat yang baik yang bisa ditiru, Bapak Bangsa Soekarno misalnya. Ketika muda beliau lebih suka berkelana ke sana ke mari sebelum akhirnya kembali ke Indonesia untuk mencetuskan berdirinya bangsa ini. Terbukti apa yang dipelajari memberikan dampak besar bagi bangsa ini. Mari kita tanya pada diri kita sendiri, apa yang kita ketahui dengan masa muda Soekarno, di mana dia mencari gelar doktornya yang banyak itu. Mari pelajari lebih jauh jika ingin menjadi Soekarno muda bagi bangsa ini. Baru kita bisa mengatakan pada dunia "Aku Pemuda Yang Siap Mengguncang Dunia" seperti yang diminta Bapak Bangsa Soekarno!!!!! Penulis mengajak, mari kita para pemuda untuk tidak lagi latah berpolitik. Mari kita asah kemampuan kita masing-masing sebelum memberikan yang terbaik bagi bangsa ini. Bukan sekarang yang kita harapkan, namun perubahan Indonesia masa depan yang lebih penting. Mari belajar dari Jokowi, seorang roker yang kemudian berhasil menjadi Wali Kota terbaik se Asia Pasifik dan masuk nominator Wali Kota terbaik dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun