Di kalangan siswa SMA, nongkrong telah menjadi bagian dari gaya hidup yang sulit dipisahkan. Banyak remaja menghabiskan waktu mereka dengan berkumpul bersama teman di berbagai tempat seperti kafe, burjo, atau angkringan. Aktivitas ini seringkali dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, terutama orang tua, yang menganggapnya sebagai kegiatan yang membuang-buang waktu dan tidak produktif. Â
Namun, apakah benar nongkrong hanya sebatas menghabiskan waktu tanpa tujuan?
Jika ditelaah lebih dalam, nongkrong justru memiliki manfaat yang penting bagi perkembangan sosial, emosional, bahkan akademik siswa. Dari memperluas relasi hingga menjadi sarana diskusi dan berbagi wawasan, nongkrong dapat berperan sebagai bagian dari proses tumbuh kembang remaja. Â
Dikutip dari KBBI, kata nongkrong berasal dari kata "tongkrong" yakni aktivitas yang dilakukan dengan berada di suatu tempat dan duduk-duduk. Sehingga secara umum "nongkrong" dapat diartikan sebagai suatu kegiatan berkumpul bersama teman-teman di suatu lokasi. Contohnya kafe, burjo, atau angkringan dengan tujuan untuk ngobrol sekaligus bersantai
Untuk dapat memahami konteks, kita perlu melihat hal nongkrong dari kacamata pelaku, yakni para siswa SMA. Menurut beberapa siswa yang kami tanya, nongkrong bukan sekedar menghabiskan waktu tanpa tujuan (gabut istilahnya), tapi menjadi bagian penting dari proses tumbuh dan berkembang. Dalam artian bahwa, nongkrong sebagai wadah untuk bersosialisasi, kemudian berbagi pengalaman, dan juga mengurangi stres akademik sebab dapat bercanda lepas bersama teman.
"Kadang butuh refreshing biar gak terlalu capek mikirin sekolah, atau ya membawa suasana akademis (tugas, dll) ke dalam suasana baru supaya lebih semangat" ujar salah satu siswa yang kami tanyai.
Dari kalimat tersebut, menurutnya nongkrong dapat menjadi dua hal yang sangat berbeda. Yang satu semata-mata ketika ingin melepaskan penat, dan yang satunya ingin membawa suasana baru nan segar ke dalam tugas, yakni dengan cara mengerjakan tugas di cafe/burjo bersama dengan teman.
Selain dari dua hal tersebut, nongkrong sebenarnya juga dapat menjadi sarana dalam bertukar ide dan inspirasi. Berdasarkan pengalaman kami pribadi, ketika sedang mendiskusikan suatu topik dalam circle tongkrongan, pasti ada suatu insight/wawasan baru yang didapat.
Namun dari sekian banyak manfaatnya, nongkrong tetap menjadi suatu kekhawatiran orang tua yang valid. Salah satu ketakutan terbesar para orang tua adalah terlalu sering nongkrong akan menghambat proses akademik karena kurang produktif.
Selain itu, banyak orang tua menganggap nongkrong sebagai aktivitas yang tidak menghasilkan, dan malah membawa banyak dampak negatif seperti kebiasaan merokok, begadang dan sebagainya.
Lalu pertanyaannya, apa jalan tengah dari permasalahan ini?