Timnas Indonesia U-23 tidak harus kalah, andai:
(1) STy, tidak salah susun strategi pemasangan komposisi pemain sejak kick off. (2) Pemain Garuda, tidak lemah intelegensi dan personality. (3) Wasit tidak sukses membantu Qatar.
(Supartono JW.16042024)
Drama memalukan
Bila pemain cerdas TIPS, alias "tidak bodoh",meski Shin Tae-yong (STy) saya sebut salah menyusun dan menurunkan pemain sejak awal. Maka, beberapa pemain yang masih belum sesuai standar TIPS, mau pun yang sudah memenuhi standar TIPS, tentu tidak akan berbuat "bodoh" dalam pertandingan.
Perbuatan "bodoh" para pemain ini pun, sepertinya tidak mendapat arahan dari Tim Pelatih/Manajer Tim, tentang siapa lawan yang dihadapi. Dan, tentang sejarah Qatar yang selalu dibantu wasit. Bahkan, di Piala Asia, Qatar sampai meraih juara, yang melegenda di Benua Asia adalah bagaimana wasit begitu memihak si tuan rumah ini, dengan jurus andalan, kasih hadiah pinalti. Sungguh, laga Qatar vs Indonesia adalah drama yang memalukan.
Praktis, sepanjang menonton laga Garuda Muda versus Qatar Muda, hanya kebodohan dan kebodohan yang ditunjukan anak-anak Indonesia. Buah kebodohan itu pun dipetik Qatar atas bantuan wasit, yaitu 1 gol pinalti. Kemudian dua kartu merah. Padahal Garuda Muda itu, mampu dan menang dalam penguasaan bola.
Jadi tidak terkejut
Yang pasti, saya berpikir, Timnas U-23 dapat membuat kejutan di laga pertama, minimal bermain imbang atau menang. Tetapi, sepanjang laga justru saya tidak terkejut karena STy salah memasang komposisi pemain. Para pemain lemah intelegensi dan personality alias "bodoh".
Sama sekali nampak tidak berpikir bahwa wasit memihak Qatar. Dan, terus melakukan kebodohan.
Apakah, dalam laga tadi, Garuda layak kalah? Sama sekali tidak layak. Garuda lebih unggul dalam permainan. Tapi, kelemahan intelegensi, personality, dan tidak memahami bahwa permainan nampaknya memang sudah disutradarai, dengan skenario, Qatar harus menang dengan cara apa pun. Melengkapi betapi lemahnya TIPS anak-anak Indonesia ini.
Di luar masalah internal Garuda, secara eksternal, sejatinya, laga Qatar vs Indonesia ini, AFC wajib melakukan investigasi atas kepemimpinan wasit asal Tajikistan, Nasrullo Kabirov yang menjadi pengadil di lapangan dan wasit VAR yang nyatanya berasal dari Thailand. Torphong Somsing dan Sivakorn Pu-udom berada di ruangan VAR dalam pertandingan ini, dan kehadiran keduanya pun menjadi sorotan.Â
Saya pun menyebut, laga itu menjadi berjudul:  “Indonesia vs Qatar + Wasit + VAR (Thailand).
Luar biasa. Paket wasit dan VAR menjadi tim hebat dalam rangka membantu Qatar dan menyingkirkan Indonesia. Keberadaan VAR hanya berlaku untuk menghukum Indonesia. Tetapi VAR tidak berfungsi untuk menghukum pemain Qatar. Ini, mereka "Tolol", bebal.
Nasi sudah menjadi bubur. Laga perdana kalah 2-0. Apakah di laga kedua, STy akan salah dalam memasang komposisi pemain lagi? Bila jawabnya, ya. Maka, laga kedua akan membawa Garuda Muda angkat kopor lebih awal.
Sedih. Melihat gabungan pemain lokal dan naturalisasi, 3 pemain naturalisasi pun ikutan tidak cerdas terbawa tradisi pemain lokal. Komposisi pemain belakang tanpa pemain naturalisasi yang berkualitas, juga kembali menunjukan wajah asli sepak bola Indonesia. Ini tidak mengejutkan. Karakter.
Selamat Qatar. Selamat Nasrullo Kabirov, laga tadi tentu menjadi perbincangan hebat di Asia, bahkan dunia. Kira-kira, malu tidak kalian? Dimenangkan Nasrulli, eh Nasrullo dengan cara tidak fair play? Piala Asia U-23, seperti Pemilu 2024 di Indonesia saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H