Apakah, dalam laga tadi, Garuda layak kalah? Sama sekali tidak layak. Garuda lebih unggul dalam permainan. Tapi, kelemahan intelegensi, personality, dan tidak memahami bahwa permainan nampaknya memang sudah disutradarai, dengan skenario, Qatar harus menang dengan cara apa pun. Melengkapi betapi lemahnya TIPS anak-anak Indonesia ini.
Di luar masalah internal Garuda, secara eksternal, sejatinya, laga Qatar vs Indonesia ini, AFC wajib melakukan investigasi atas kepemimpinan wasit asal Tajikistan, Nasrullo Kabirov yang menjadi pengadil di lapangan dan wasit VAR yang nyatanya berasal dari Thailand. Torphong Somsing dan Sivakorn Pu-udom berada di ruangan VAR dalam pertandingan ini, dan kehadiran keduanya pun menjadi sorotan.Â
Saya pun menyebut, laga itu menjadi berjudul:  “Indonesia vs Qatar + Wasit + VAR (Thailand).
Luar biasa. Paket wasit dan VAR menjadi tim hebat dalam rangka membantu Qatar dan menyingkirkan Indonesia. Keberadaan VAR hanya berlaku untuk menghukum Indonesia. Tetapi VAR tidak berfungsi untuk menghukum pemain Qatar. Ini, mereka "Tolol", bebal.
Nasi sudah menjadi bubur. Laga perdana kalah 2-0. Apakah di laga kedua, STy akan salah dalam memasang komposisi pemain lagi? Bila jawabnya, ya. Maka, laga kedua akan membawa Garuda Muda angkat kopor lebih awal.
Sedih. Melihat gabungan pemain lokal dan naturalisasi, 3 pemain naturalisasi pun ikutan tidak cerdas terbawa tradisi pemain lokal. Komposisi pemain belakang tanpa pemain naturalisasi yang berkualitas, juga kembali menunjukan wajah asli sepak bola Indonesia. Ini tidak mengejutkan. Karakter.
Selamat Qatar. Selamat Nasrullo Kabirov, laga tadi tentu menjadi perbincangan hebat di Asia, bahkan dunia. Kira-kira, malu tidak kalian? Dimenangkan Nasrulli, eh Nasrullo dengan cara tidak fair play? Piala Asia U-23, seperti Pemilu 2024 di Indonesia saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H