Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Indra Sjafri: Penting Klub Memiliki Tim Scouting (Berkompeten)

5 Februari 2024   14:19 Diperbarui: 5 Februari 2024   14:22 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.pssi.org

Senin siang (5/2/2024), melalui pesan wa, Direktur Teknik PSSI yang sekaligus Pelatih Timnas Indonesia U-20, berbagi artikel kepada saya. Isi artikel saya petik ada dua informasi penting, yang wajib dicermati dan dipahami oleh segenap pelaku dan praktisi sepak bola nasional, mulai dari ranah akar rumput hingga Klub Liga 1.

Dua informasi tersebut yang mungkin penting diketahui publik sepak bola nasional adalah:
(1) Ada empat (4) pemain jebolan Piala Soeratin U-17 2023/2024, yang dipanggil ke Timnas U-20, sebab ke-4 pemain bersangkutan dianggap memenuhi kriteria atau standar yang ditetapkan Indra Sjafri untuk Timnas U-20. Meski pada prosesnya, ke-4 pemain ini juga akan ikut berproses di Timnas U-20 yang menggunakan sistem promosi-degradasi, sampai pada saatnya, terpilih pemain Timnas U-20 yang sesuai standar.

(2) PSSI tidak akan mengirimkan scouting (pencari bakat) hingga ke akar rumput. Alasannya, pabrik pemain adalah klub, bukan PSSI.

Terkait hal ini, pegiat sepak bola nasional, nampaknya dapat berdebat panjang. Pasalnya, bukan rahasia lagi, di Indonesia sampai saat ini, pabrik pemain yang benar memang asalnya dari akar rumput.

Wadahnya bernama SSB yang digaungkan oleh PSSI sejak 1999 di zaman Ketua Umum PSSI, Agum Gumelar. Direktur Pembina Usia Mudanya, Ronny Pattinasarany. Bukan dari klub.

Bahkan dalam Kompetisi bernama EPA (Liga 1), dapat dihitung berapa klub yang benar-benar menjadi pabrik pemain. Selebihnya hanya comot-comot pemain. Atau memanfaatkan jasa pemain SSB untuk ikut Kompetisi EPA.

Bahkan yang memiriskan, karena kondisi ini, ada pihak yang menunggangi untuk kepentingannya, melakukan seleksi terbuka demi mencari pemain untuk direkrut oleh klub Liga 1, berkompetisi di EPA. Ujung-ujungnya mencari uang.

Kembali kepada informasi dalam artikel yang dikirim oleh Indra Sjafri, saya berkesempatan menanyakan beberapa hal. Di antaranya:
(1) Saya bertanya:
"Maaf. Tanya, untuk pemanggilan 4 pemain dari Piala Soeratin ini, yang memilih, siapa? Sebab, PSSI tidak akan mengirimkan scouting (pencari bakat) hingga ke akar rumput?"

"Apa 4 pemain ini penawaran dari pemandu bakat klub? Atau pemandu bakat Soeratin? Atau pilihan Indra Sjafri dan tim kepelatihan Timnas U-20?"

"Berikutnya, sebab PSSI tidak akan mengirimkan scouting (pencari bakat) hingga ke akar rumput, pemilihan pemain untuk pembentukan timnas kelompok umur, bagaimana?"

Publik sepak bola nasional, khususnya akar rumput pun tahu, bahwa yang sekarang lebih dominan bukan klub yang berkedudukan sebagai pabrik pemain. Ini bagaimana?"

Indra menjawab:
"Yang paling tahu kualitas pemain adalah klub, tepatnya pelatihnya mereka."

"Kita memandu mereka dengan Kriteria pemain Timnas U-20. Klub kita dorong scouting pemain dari semua kegiatan Kompetisi. Karena klub lah pabrik pemain, tempat mereka berlatih jangka panjang, sesuai tahapan Developmentnya."

"PSSI atau Timnas akan memanggil pemain dari Klub, Asprov, Academy, dan SSB yang memiliki pemain berkualitas."

(2) Saya, menambahkan:
"Ini yang saya maksud. Sebab,  klub di Indonesia bisa dihitung yang membina akar rumput (pemain kelompok umur secara berjenjang)."

Indra menegaskan:
"Klub harus makin bagus terutama Liga 1. Sudah banyak klub yang membina, tetapi, yang pasti, hanya pemain berkualitas yang mereka ambil, mereka bina."

"Peran SSB masih sangat dibutuhkan, tetapi SDM pelatih yang menangani SSB wajib  ditingkatkan kualitasnya (kompetensinya)."

(3) Saya menambahkan:
"Mungkin maksud kualitas bukan sekadar lisensi kepelatihan, tetapi pendidikan formalnya juga wajib diperhatikan dan menjadi syarat,  minimal sarjana."

"Klub Liga 1, juga harus diseragamkan. Ada pembinaan akar rumput dan berjenjang. Sebab, Kompetisi EPA yang murni hasil pembinaan Klub ada datanya, hanya beberapa klub. Selebihnya hanya cari enaknya, comot pemain atau pakai sandiwara seleksi terbuka."

"Berakhirnya Piala Soeratin U-17 2023/2024, sementara hanya 4 pemain yang dipanggil ke Timnas U-20. Di mana akar masalahnya? Mengapa hanya 4 yang sementara dipanggil?"

Indra menerangkan:
"Terkait pembinaan akar rumput berjenjang di klub, Ini saya akan benahi, melalui Club Licensing."

Menutup diskusi singkat ini, Indra menegaskan bahwa betapa pentingnya klub memiliki tim scouting.

Catatan penting yang juga saya ingatkan untuk semua pegiat sepak bola akar rumput Indonesia. Perjalanan panjang turnamen Piala Soeratin U-17 2023/2024, sementara hanya menghasilkan 4 pemain yang memenuhi kriteria Timnas U-20. Itu pun masih dalam proses menuju pemain Timnas U-20 betulan, karena harus melalui fase promosi degradasi.

Jadi, pertanyaannya, bagaimana Piala Soeratin itu secara kuliatas?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun