Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Emas SEA Games, Siapa Menanam, Siapa Memetik?

18 Mei 2023   14:28 Diperbarui: 18 Mei 2023   15:10 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW


Keberhasilan meraih emas sepak bola SEA Games, selain karena kompetensi Indra Sjafri dan tim pelatih yang handal, juga sebagai hasil dari kerja kolektif yang telah berproses panjang. Tidak semudah membalik telapak tangan. Bukan kerja instan. Banyak tangan yang andil di dalamnya. "Merekalah" yang pantas diapresiasi.

(Supartono JW.18052023)

Alhamdulillah, di dampingi empat asisten handal, di antaranya Bima Sakti, Kurniawan Dwi Yulianto, Eko Purdjianto, dan Sahari Gultom, Indra Sjafri sukses mempersembahkan medali emas cabang olah raga (cabor) sepak bola SEA Games, setelah dalam partai final menghepaskan si Gajah Perang, Thailand 5-2 di National Olympic Stadium, Phnom Penh, Kamboja, Selasa malam (16/5/2023).

Indra Sjafri pun mencatatkan diri sebagai pelatih lokal tersukses usai mengantar Pasukan Garuda, Timnas Indonesia U-22 juara SEA Games 2023. Pastinya, hasil ini menjadi pelepas dahaga. Pasalnya, prestasi sepak bola Indonesia di SEA Games sudah kerontang selama 32 tahun. Medali emas terakhir diraih Indonesia saat Garuda di asuh Anatoli Polosin pada SEA Games 1991.

Tim panser Indra Sjafri

Sejatinya, menonton laga Timnas Indonesia U-22 sepanjang gelaran SEA Games 2023 di Kamboja. Mulai dari fase Grup, babak semi final, dan babak final, saya seperti membaca sejarah ulang saat Jerman (baca: Jerman Barat) menjadi Juara Piala Dunia edisi ke-5 tahun 1954 di Swiss.

Tidak diunggulkan, tetapi sampai menembus final dan juara. Karena, dari laga ke laga, terus meningkat dan semakin panas, hingga puncaknya mencapai final dan juara Piala Dunia.

Statitik Jerman ternyata identik dengan panzer, kendaraan perang bermesin diesel yang bandel dan tambah panas, tambah meledak. Karenanya, di Piala Dunia edisi ke 5 tahun 1954 di Swiss inilah, julukan Der Panzer pertama kali muncul dan terus melekat sampai sekarang.

Hal ini mirip dengan perjalanan Timnas Indonesia U-22 dalam SEA Games Kamboja 2023 yang pada akhirnya sukses menghantam dua tim unggulan (Vietnam dan Thailand). Padahal, sejak proses pembentukan Timnas, banyak pihak yang meragukan Pasukan Garuda yang diasuh Indra Sjafri dapat berbicara di SEA Games kali ini. Meski dalam fase Grup, Indonesia hanya dikelilingi tim lemah.

Bersyukur, dengan PEDAGOGI ala Indra Sjafri plus TIM KEPELATIHAN yang SOLID, 20 pemain muda Indonesia yang dipilih masuk skuat Merah Putih, diperlakukan dengan MEMANUSIAKAN MANUSIA dan semua pemain dianggap sebagai PEMAIN UTAMA.

Modal tersebut, cukup signifikan bagi Indra dalam meramu tim, dengan belajar dan berproses dari laga ke laga di fase Grup. Anak-anak pun dapat tampil konsisten yang meningkat. Hingga Garuda menyapu bersih kemenangan di fase Grup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun