Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Diri yang Berkualitas

17 Oktober 2022   20:28 Diperbarui: 17 Oktober 2022   20:33 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artinya: ada orang yang sok tahu, meski tidak tahu.Tetapi banyak orang yang rendah hati, tahu banyak tapi tapi tidak sok tahu. Keduanya menunjukkan orang yang tidak berkualitas dan berkualitas.

Berikutnya,
(Bukan orang penting, gayanya orang penting.
Orang penting, gayanya bukan orang penting).

Artinya: ada orang yang sok penting, tetapi ada orang penting yang biasa saja. Ini pun sama. Yang satu contoh orang tidak berkualitas dan satunya berkualitas.

Selain itu, masih banyak perilaku lain yang dapat dengan mudah diidentifikasi apakah perilaku atau sikap perbuatannya berkualitas atau tidak.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menyebut bahwa kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu, kadar, derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dan sebagainya), atau mutu.

Kemudian, diri, pribadi diartikan sebagai manusia perseorangan (diri manusia atau diri sendiri) atau keadaan manusia sebagai perseorangan. Diri atau pribadi yang benar dan baik, biasanya dijadikan teladan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Pembicara buruk, pendengar buruk

Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga akan dapat mudah mengidentifikasi orang-orang yang memiliki kualitas diri dalam hal berbicara dan mendengar. Pasalnya, bicara dan mendengar, adalah keterampilan berbahasa yang kualitasnya dapat dilihat oleh orang lain. 

Orang yang terampil dalam kemampuan berbicara, tentu saat dirinya mendapat kesempatan berbicara, akan melihat kondisi dan situasi lawan bicaranya atau pendengar (audien). Bila, pendengarnya tidak siap atau belum siap menjadi pendengar yang benar dan baik, maka pembicara yang terampil dan berkualitas, akan menghargai dirinya dengan diam, sekaligus menghargai pendengarnya agar paham, sedang berposisi menjadi pendengar. Maka, diam diartikan sebagai sindiran, teguran, pengingat, dll, untuk pendengar yang buruk.

Bila pembicara akan menabrak alias terus nyerocos berbicara, padahal pendengarnya tidak memperhatikan, maka akan kita lihat dua kualitas orang yang berbicara buruk dan pendengar buruk.

Mirisnya, saya sangat sering menjumpai peristiwa adanya pembicara buruk dan pendengar yang buruk, dalam kegiatan resmi, kegiatan akademis, kegiatan ilmiah, kegiatan formal dan sejenisnya. Padahal di situ ada pembawa acara atau moderator, pun pembicara dan para audiennya orang-orang terdidik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun