Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Misi Budaya di Benua Biru (2) 14 Juli, "Fullday Tour Istanbul"

14 Juli 2020   14:43 Diperbarui: 14 Juli 2020   15:26 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Supartono JW (Pesisir Bosphorus)
Sumber: Supartono JW (Pesisir Bosphorus)
Dalam perjalanan pagi yang cukup sejuk itu, ternyata, sebelum kami benar-benar sarapan pagi, kami sudah terlebih dahulu sarapan wisata pesisir pantai dan sarapan bangunan-bangunan tua peninggalan Bizantium (sekitar tahun 600 SM). 

Pemimpin perjalanan kami terus menceritakan setiap peristiwa dari bangunan dan daerah yang kami lintasi, hingga mendekati pukul 08.30, bus pun sudah mengarah ke tempat parkir Restoran Tesismiz Hosgeldin Mustafa Demir.

Sumber: Supartono JW
Sumber: Supartono JW
Sebelum masuk dan menyantap sarapan pagi dengan menu Istanbul, saya dan rombongan terlebih dahulu melakukan bersih diri, lalu baru menuju meja makan yang telah disiapkan. Ringkas cerita, kami telah melakukan upacara sarapan pagi dengan budaya Turki langsung di restoran yang cukup terkenal ini.

Sumber: Supartono JW (Santap pagi)
Sumber: Supartono JW (Santap pagi)
Usai sarapan, bus pun bergerak menuju destinasi berikut yaitu mengarah ke Hippodrome dan Blue Mosquoe. Sepanjang perjalanan, kami juga disuguhi kemegahan bangunan-bangunan lama yang membawa pikiran kami seperti ke zaman lampau. 

Pada akhirnya, tibalah kami di sebuah halaman luas yang di tengahnya berdiri tegak sebuah monumen (obelisk) seperti Monas di Jakarta, namun ukurannya lebih kecil, dan tempat ini dikenal dengan nama Hippodrome. 

Hippodrome adalah sebuah taman luas, yang pembangunannya dimulai oleh kaisar Roma Septimius Severus pada abad 203 Masehi, dan selesai pada abad 330 Masehi di masa pemerintahan Constantine Agung. 

Awalnya merupakan tempat pacuan kuda terbesar di dunia yang bisa memuat sampai 100.000 penonton. Di era Byzantium, Hippodrome juga difungsikan sebagai tempat berbagai upacara, kegiatan sosial, olahraga, dan pusat aktifitas utama selama lebih dari 1.000 tahun.

Sumber: Supartono JW (di depan Monumen Obelisk-Hippodrome)
Sumber: Supartono JW (di depan Monumen Obelisk-Hippodrome)
Kini Hippodrome yang sempat terlantar, sudah menjadi sebuah taman umum dan berisi 3 monumen yang tersisa. Salah satunya yang boleh dibilang sebagai landmark tempat ini adalah sebuah obelisk setinggi sekitar 25 meter, dibawa ke Istanbul oleh Kaisar Roma pada abad 4 Masehi. 

Dulunya obelisk ini dipindahkan dari kuil Karnak di Thebes (sekarang Luxor). Pada obelisk dari batu granit tersebut terdapat ukiran Kaisar Theodosius dan keluarganya yang sedang menyaksikan pacuan. 

Karena itu, bangunan ini memiliki nilai sejarah tinggi dan menjadi salah satu landmark yang paling terkenal di Istanbul, seperti di Jakarta ada Monas, atau di Kuala Lumpur di Petronas ada Twin Towers-nya.

Sumber: Supartono JW (Antri masuk Masjid)
Sumber: Supartono JW (Antri masuk Masjid)
Cukup waktu bercengkerama di Taman Hippodrome, yang juga bagian dari halaman Masjid, kami pun bergeser dan menuju bangunan Masjid yang terletak di kawasan Sultan Ahmet ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun