Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tahun Ajaran Baru 13 Juli, Apa yang Sudah Dipersiapkan?

13 Juni 2020   00:22 Diperbarui: 13 Juni 2020   08:10 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tribunnews.com

Memang, tahun ajaran baru yang akan dibuka pada 13 Juli 2020 akan menjadi simalakama. Di buka dengan tatap muka meski dengan protokol ketat kesehatan, tetap berisiko tinggi siswa dan guru dan stakeholder lain akan kembali tertular virus corona. Namun, bila dipaksakan dengan model pembelajaran daring, gambaran kegagalannya pun sudah terbayang di depan mata, karena menyoal pembelajaran daring, resep dari Kemendikbud jelas-jelas jauh panggang dari api. Bila itu dilakukan lagi, maka akan terjadi proses pembelajaran di Indonesia yang juga sulit mencapai tujuan.

Kurikulum Transisi dan kendala yang sama

Atas persoalan ini, bila Kemendibud tetap akan melakukan pola dan teknis pembelajaran tahun ajaran baru secara daring atau pun secara konvensional, beberapa pihak, praktisi, dan pengamat pendidikan sudah bersuara mengemukakan pendapat dan masukan untuk Mas Nadiem.

Pemerhati Pendidikan dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Dr. Martadi M.Sn, pada Jumat (12/6/2020) menyampaikan kepada awak media bahwa untuk menyikapi era new normal dunia pendidikan harus ikut menyesuaikan. Menurutnya sektor pendidikan dan kesehatan bagi siswa dan guru sama-sama penting untuk diprioritaskan. Martadi yang juga Ketua Dewan Pendidikan Surabaya, menawarkan konsep Kurikulum Transisi bagi sekolah memasuki tatanan normal baru (new normal).

"Kurikulum ini bisa disusun dengan memodifikasi Kurikulum 2013, baik penyederhanaan isi, strategi pembelajaran, dan penilaian agar lebih aplikatif serta kontekstual dengan kehidupan sekolah bahkan lingkungan keluarga," Ujarnya.

Untuk itu, isi Kurikulum Transisi dapat disusun lebih realistis dengan mempertimbangkan beberapa hal penting seperti, keterbatasan waktu pembelajaran, daya dukung, dan pertemuan tatap muka antara guru-siswa, serta melibatkan orang tua dan menempatkan keluarga sebagai bagian penting dalam pembelajaran atau home learning

Istilah lainnya, Kurikulum Transisi harus berbasis rumah atau home base curriculum, tidak boleh terlalu menekankan pada ketuntasan pencapaian target akademik, tetapi justru di fokuskan kepada pembentukan karakter, soft skills, dan nilai-nilai kepedulian kolektif untuk pencegahan penyebaran virus Covid-19.

Dalam penyusunan Kurikulum Transisi, juga harus memperhatikan perbedaan kondisi sekolah di masing-masing daerah, sekolah diberikan ruang otonomi dalam menyusun Kurikulum Transisi. Untuk itu, pemerintah cukup membuat rambu-rambu secara umum, yang bisa dijadikan pedoman sekolah dalam menyusun Kurikulum Transisi.

Kurikulum Transisi juga harus dilengkapi dengan kurikulum untuk orang tua atau buku panduan orang tua karena orang tua dan keluarga harus dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran di rumah. Karenanya, orang tua perlu buku panduan yang dibuat sesederhana mungkin, dikemas berupa infografis, video tutorial yang praktis dan bisa disebarkan melalui sosial media.

Bila hal ini dilakukan maka, kendati pembelajaran tahun ajaran baru tetap melalui daring, maka risiko kegagalan sebelumnya akan dapat diminimalisir, meski bila melihat kendala yang masih tidak meratanya persoalan sarana dan teknis lainnya di seluruh Indonesia, maka pilihan pembelajaran melalui daring memang masih akan menjadi masalah besar dan kendala yang sama dan mustahil dapat diatasi oleh pemerintah dalam tempo sengkat dan semudah membalik telapak tangan. Butuh proses dan perjuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun