Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fenomena Kerajaan Fiktif dan Kerinduan Hadirnya Ratu Adil

30 Januari 2020   19:21 Diperbarui: 30 Januari 2020   19:25 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Bukukita.com

Entah kisah apalagi yang akan segera muncul di negeri ini. Yang pasti, keinginan dan tekanan rakyat dalam penderitaan yang berbanding terbalik dengan para pemimpin bangsa dan orang kaya yang bancakan, bagi-bagi kursi dan memanfaatkan rakyat dan uangnya demi keuntungan hingga kemewahan untuk diri sendiri, kelompok, dan golongannya, maka membuat banyak rakyat dan kelompok rakyat menjadi "halu". 

Selama ini, sejak Indonesia merdeka, rakyat biasa hanya dapat melihat dan mendengar pemimpin bangsa dan orang kaya hidup mewah. 

Sementara rakyat tidak dapat turut menikmati apa yang dilihat dan didengarnya itu. Rakyat hanya dapat berpersepsi setelah melihat, mendengar, namun tidak dapat menyentuh, merasakan, atau mencium sesuatu kemewahan tersebut, dan hanya dapat membayangkan dan memimpikan kemewahan yang tidak benar-benar ada. 

Mimpi dapat hidup layak, adil makmur, dan sejahtera, ternyata terus menjadi khayalan dan semakin sulit terwujud. 

Karenanya, wajar bila akhirnya muncul fenomena mimpi-mimpi rakyat dalam bentuk dan wujud semacam Keraton Agung Sejagat, Sunda Empire, kerajaan King of The King, atau raja dari segala raja, atau raja diraja dan lainnya, yang akhirnya juga membikin heboh rakyat Indonesia yang masih berpikir logis, dan kakinya menapak di tanah, tidak mengawang dan diliputi "halu" seperti para tokok kerjaan-kerajaan tersebut dan pengikutnya. 

Yang lebih tak logis, dalam kasus kerajaan terbaru, ternyata demi menarik para pengikutnya bahkan siapapun yang berhasil memasang spanduk King of The King di area umum akan mendapat penggantian biaya sebesar 1 miliar di bulan April 2020. 

Namun dalam liputan beberapa media nasional hari ini, Kamis (30/1/2020), di wilayah Kota Tangerang telah ditangkap dua orang yang memasang spanduk tersebut, padahal  kedua orang itu mengaku telah mengeluarkan uang pribadi Rp300 untuk satu spanduk, dan berharap dapat penggantian 1 miliar. 

Kerajaan King of The King juga mengklaim akan melunasi seluruh hutang negara Indonesia karena memiliki kekayaan 60 triliun. 

Sejauh ini, polisi telah mengungkap adanya motif penipuan di balik terbentuknya Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah. Begitu pun pada kerajaan fiktif di Jawa Barat, Sunda Empire-Earth Empire. 

Sebelum ditangkapi, mengapa para pemimpin kerajaan dan para pengikutnya tetap yakin dengan apa yang sedang diperbuatnya, meski secara sadar mereka juga tahu sedang di dalam alam halusinasi, alam impian, dan khayalan? 

Ada baiknya, masyarakat Indonesia memahami latar belakang mengapa hal itu muncul dan menyimak pendapat beberapa pakar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun