Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nadiem Masih Terlalu Hijau Mengemban Tugas Mendikbud

23 Oktober 2019   10:21 Diperbarui: 23 Oktober 2019   10:32 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendiri GoJek Indonesia Nadiem Makarim, pagi ini, Rabu (23/10/2019) resmi diumumkan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta  sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kabinet Jilid II. 

Sontak pengumuman ini menjadikan pertanyaan hebat para netizen. 

Banyak pendapat yang mengungkapkan bahwa latar belakang Nadiem yang seorang pengusaha, dinilai tidak cocok duduk menjadi orang nomor satu di Kementerian Pendidikan. 

Bahkan, sebelum di sebut menjadi Mendikbud oleh Jokowi, Nadiem juga di demonstrasi oleh pasukan GoJeknya yang memberikan fakta bahwa Nadiem belum dapat mensejahterakan pasukanya di bawah. 

Kompleksitas dunia pendidikan di Indonesia yang dari tahun ke tahun bertambah pelik, sangat mustahil dipimpin oleh individu yang jauh dari pemahaman dunia pendidikan dan dunia kebudayaan yang setiap tahun tak henti menuai kontroversi akibat kebijakan-kebijakan yang prematur. 

Bila pada faktnya hari ini, Jokowi menunjuk Nadiem menduduki pos Mendikbud, apa alasannya? 

Yang pasti, pos ini bukan pakemnya Nadiem. Nadiem hanya berbasic pengusaha. Pengusaha itu hanya berpikir untung dan rugi. Lalu, usaha Nadiem pun hanya dalam bisnis transportasi. Di mana letak nyambungnya? 

Bila Jokowi ternyata memaksakan Nadiem duduk di pos ini hanya karena masalah milenial dan terobosan agar segala sesuatu dalam birokrasi terjadi dengan cepat, salah besar. 

Dunia pendidikan bukan sekadar mengoperasikan laptop yang sudah tersistem. Yang siapapun dapat mengoperasikannya. 

Butuh sentuhan pedagogis (kognisi, afektif, dan psikomotor) yang wajib menjadikan manusia benar-benar menjadi manusia sesuai karakter bangsa Indonesia. 

Bukan menjadikan manusia menjadi robot, namun yang susah tetap manusia yang bernama rakyat jelata. 

Berangkat dari pengalaman dan fakta yang terjadi, menjadi seorang menteri di bidang pendidikan yang wajib membangun sumber daya manusia, tidak cukup hanya sekeladar injeksi pengetahuan. 

Karena ada yang justru secara mendasar perlu di bangun, yaitu karakter. Hemat saya, Mendikbud Kabinet Jilid I masih sangat layak meneruskan di periode kedua. 

Masih dapat menuntaskan persoalan zonasi sekolah yang sangat "riweh" praktiknya di lapangan. Lalu masalah ketersediaan guru profesional yang terus menjadi wacana, sebab meski sudah ada sertifikasi guru pun, masalah guru tetap menjadi keprihatinan dalam pendidikan nasional. 

Yang pasti anggaran pendidikan yang besar, harus tetap dikelola oleh Menteri yang memang pada bidangnya, pada pakemnya. 

Kita lihat, apa yang akan dilakukan Nadiem. Bila Presiden sudah mempercayakan kedudukan ada di pundak Nadiem. 

Namun, sayang sekali, kasihan Nadiem, masih terlalu hijau di berikan tanggungjawab yang terlalu berat. 

Banyak tokoh yang lebih pantas dan lebih tepat di Republik ini. Tidak kekurangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun