Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Improvisasi Dini Hari: Subuh Kepagian

2 April 2019   11:11 Diperbarui: 2 April 2019   12:08 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Adzan dari Kiblat.net

Tiba-tiba Budi terbangun. Gelagapan. Dan geragapan mencari-cari jam tangan warna hijau Ninja Turtle yang semalam dia lepas dan diletakkan di sebelah tas punggungnya. Duuh, mana sih? Budi tidur di masjid semalam dalam sebuah acara dengan teman-teman pengajian. Berdelapan belas seperti ikan pindang berbantalkan tas masing-masing.

Sungguh bukan tidur senyaman di hotel berbintang dengan view pantai eksotik Amerika Latin yang bisa dia nikmati saat membuka jendela. Namun tidur semalam adalah tidur yang sungguh indah, penuh tafakur berjujur diri di hadapan Pencipta di usia yang jauh lebih muda dari yang sekarang sudah berkepala empat.

Sambil mengusap-usap kelopak mata Garfield Budi menatap nanar jam tangan digital. Masya Allah. Jam 4:30! Subuh terlewat! Kok nggak ada yang bangun sih jam segini? Budi menggoyangkan bahu Rais, Adam, Ponco, Faisal dan Denny yang masih sibuk dengan mimpinya masing-masing. Mereka bergeming. 

"Aku harus bertindak." batin Budi.

Buru-buru ia bangkit dan ambil air wudlu.

Rambut Budi yang selalu dibiarkannya agak gondrong disisirnya dengan jari. Harus cukup ganteng dan percaya diri 'kan untuk menghadapkan wajah kepada Allah? Budi  menuju bagian depan masjid berjarak sekian jengkal dari posisi imam. Mikrofon ia aktifkan. 

"Bismillah. Tugas menyerukan panggilan Subuh sebentar lagi akan kutunaikan."

Budi membayangkan suara tulusnya menghampiri telinga-telinga penduduk sekitar masjid dengan ajakan mulia.

"Allahu akbar, Allaaaahu akbar
Allahu akbar, Allaaaahu kabar
Ashhadu ala ilaahailallah, ashhadu ala ilaaaa ha ilallaaaah
Ashhadu anna muhammadarasululloh, ashhadu anna muhammadarasululloooooooh "

Begitu teriak Budi hidmat di depan mikrofon masjid. Dilakukannya seruan adzan itu setakzim-takzimnya. Sebagus mungkin suara yang bisa diserukannya.

Tiba-tiba dari kaca jendela Budi melihat bayangan hijau berkelebat. Dan jantung Budi langsung berdentum menangkap firasat buruk. Teriakan-teriakan keras! Dan itu ditujukan pada Budi! 

"Oh my God!"

Pekik Budi. Dalam hati.

Apa yang terjadi? Budi menghentikan adzan sejenak dengan paras muka terbengong-bengong.

Ternyata Si Pak Hansip dengan seragam dinas hijaunya itu mencoba berkomunikasi dengan Budi. Pak Hansip menunjuk-nunjuk jam tangannya sendiri berkali-kali dengan ekspresi muka tegang. Lalu menunjuk-nunjuk ke jam dinding masjid dimana jarum panjang di angka 12 dan jarum pendek di angka 3.

"Whattt???!
Jadi...
Tadi itu...
Aku adzan untuk sholat apa..?"

Guman Budi dalam hati.

Hmm.. untunglah, Sang Pencipta menganugerahi Budi dengan kemampuan improvisasi super canggih sebagaimana Budi membuat lukisan-lukisan jenaka karikatur yang sering dipesan secara komersial oleh teman-temannya. Maka tak lama kemudian, Budi melantunkan berulang-ulang seruan bahwa sholat itu lebih baik daripada tidur di dini hari yang cukup dingin itu.

Ashsholatu khairu minannaum

Ashsholatu khairu minannaum

Ashsholatu khairu minannauum (~x)

Berkal-kali
Berkali-kali
Berkali-kali

*fade out*

21 Juli 2013

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun