Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Oh, Aku Pusing, Ibu"

31 Maret 2019   21:21 Diperbarui: 16 Juni 2019   09:17 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Namun aku melihatnya dengan senyuman. Biarkan saja. Toh, 'kekacauan' itu nanti bisa kurapikan. Jangan sampai aku 'mengacaukan' mood gadis kecilku.

Sejenak kulihat merek berdua asyik di lantai dengan kegiatan menggambarnya. Aku melanjutkan aktivitasku. Memeriksa buku agendaku, membaca kembali pending job untuk project-ku baik untuk aktivitas rumah maupun kantor. Mencatat lagi ini-itu yang perlu aku lakukan.

Tak lama kulihat Pay berdiri. Kali ini menuju kulkas. Meraih susu UHT kegemarannya. Dan kembali ke tempatnya menggambar. Lucunya, Paras tak mau ketinggalan. Gadisku pun menuju kulkas, dan mengambil susu kotak rasa strawberry. Kulihat raut muka Pay agak sedikit berubah. Dialog kecil terjadi diantara mereka berdua. 

Pay ke toilet. Adiknya ngikutin.

Pay ke deskphone menelpon Oom-nya. Adiknya ngikutin, dan minta ikutan ngomong.

Pay ke dapur meminta Si Mbak untuk menggoreng sosis ayam kegemarannya. Adiknya pun ikut beranjak menuju ke belakang. Alih-alih meminta sosis, Si Adik maunya dua. Sosis ayam dan nugget ayam. 

Setelah itu mereka asyik lagi melanjutkan aktivitas di lantai. Aku bangkit dan memeriksa tanaman hijau indoor di ruang tamu, ruang makan, dan ruang tengah ini. Kuperiksa satu-satu termasuk tanaman Sirih Gading yang minggu lalu kupropagasi dalam gelas-gelas dan botol-botol berisi air. Akar-akar mungil dari batang-batang Sirih Garing mulai bermunculan. Lega dan bahagia melihatnya. Setelahnya aku kembali duduk di sofa.

Tiba-tiba, Pay bangkit, dan menuju ke tempatku. Menghambur ke pangkuanku, dan berbisik,
 "Ibuuu... aku pusing......."

Ia memeluk leherku erat. Aku cium keningnya dan kutanya,
"Kenapa, Sayang?"

Jawabnya,

"Karena, adik selalu mengikuti semua yang aku lakukan........", katanya dengan wajah cemberut. Dan sedikit memelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun