Mohon tunggu...
siwed
siwed Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer edit terjemahan

Lagi coba menulis rutin

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjalanan Hidup Selama Pandemi bersama Buku-Buku

3 Mei 2021   12:47 Diperbarui: 3 Mei 2021   14:49 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu serial kumcer "Cerita Mamah Muda"/dokpri

Pandemi Covid-19 yang menghantam dunia di awal tahun 2020 benar-benar telah menjungkirbalikkan "kehidupan normal" hampir semua manusia di dunia, tak terkecuali saya sendiri.

Meskipun saya pekerja lepas, yang berarti lebih banyak bekerja di rumah, tetap ada perubahan besar yang harus saya lakukan. Di antaranya adalah setiap habis keluar rumah, saya harus langsung mandi dan keramas sebelum melakukan apa pun. Saya tidak lagi kumpul-kumpul bersama teman-teman. Di awal tahun 2021 ini pun saya masih tidak berani makan bareng di luar bersama teman-teman. Itu semua karena di rumah ada ayah saya yang sakit. Beliau sakitnya memang sudah lama, sejak tahun 2017, dan jenis penyakitnya itu termasuk jenis yang membuatnya sangat rentan dengan paparan virus corona ini. Saya tidak mau berisiko menjadi carrier bagi ayah saya. Jadi, terpaksa saya tetap lanjut menggunakan medsos dan telepon biasa sebagai alat komunikasi saya dengan teman-teman.

Selain itu, seperti halnya para pekerja lain yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi, saya pun bisa dibilang mengalami hal yang sama. Aliran proyek terjemahan dan editan yang saya terima menjadi mandek semandek-mandeknya. Sempat pusing, ya memang, tapi saya tidak mau pusing berlama-lama. Saya coba berpikir positif tentang keadaan ini: 

Dengan begini saya jadi bisa punya waktu banyak untuk membaca buku-buku yang dulu pernah saya beli tapi belum sempat dibaca. Kalaupun ada buku-buku yang ingin saya baca tapi belum memilikinya, saya bisa meminjamnya di perpustakaan daring. Sewaktu masih sibuk menyelesaikan kerjaan terjemahan atau editan, saya cenderung malas baca buku-buku lain di luar kerjaan. Dan di waktu luang malah inginnya nonton, bukannya membaca. Jadi, begitulah alasan saya memulai kembali kegiatan membaca.

Di antara banyak buku yang saya baca selama pandemi, ada buku-buku terbitan GPU yang bisa dibilang membantu saya melewati kondisi pandemi ini, membantu saya beradaptasi dan menjadikan kondisi saya sekarang sebagai pemicu untuk tetap berpengharapan menjadi seseorang yang lebih baik ke depannya.

Dari kisah-kisah para ibu muda, yang kemungkinan besar sebaya dengan saya, dalam serial-serial kumpulan cerpen "Cerita Mamah Muda", yaitu Me Time (terbit tahun 2018), Resolusi (2018), dan Yang Ketiga (2019), saya melihat bagaimana perjuangan ibu-ibu muda itu dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan rumah tangga yang penuh tantangan. Bagaimana mereka belajar bersabar dan harus pintar-pintar mengatur waktu. Dari situ, saya belajar juga untuk menjalani sebaik mungkin apa yang harus saya jalani sekarang ini.

Selama pandemi, saya tidak berani untuk membeli makanan rumahan di warung makan langganan saya. Dulu saya tidak bisa masak, dan cenderung malas untuk memulainya, jadi saya hampir selalu membeli makanan di luar. Mau ikutan pesan katering juga sudah kapok, karena alasan biayanya yang mahal plus varian lauk-pauk dan sayurnya lama-kelamaan membosankan. Nah, berhubung kondisi sekarang tidak memungkinkan saya untuk membeli sembarang makanan di luar, apalagi ada ayah saya yang sakit, saya pun mau tak mau mulai belajar masak. Syukurlah, sekarang kegiatan memasak itu sendiri sudah menjadi kebiasaan.

Lalu, karena tidak ada pekerjaan terjemahan dan editan, saya juga jadi lebih sering membantu suster untuk mengurus ayah saya. Kondisi ayah saya yang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa bantuan orang lain memang menguras tenaga dan emosi siapa pun yang merawatnya. Jadi, setiap kali suster terlihat lelah, sayalah yang akan menggantikannya. Hal-hal ini mungkin bisa sedikit disamakan dengan pengalaman ibu-ibu muda dalam mengurus anak balita mereka seperti di serial kumcer "Cerita Mamah Muda" tadi. Cerita-cerita mereka membuat saya merasa ada "teman" yang menemani saya menjalani semua ini.

Belum lagi ditambah bacaan novel Kim Ji-Yeong, Lahir 1982 karya Cho Nam-Joo (terbit tahun 2019) dan buku motivasi Imperfect karya Meira Anastasia (2018), yang juga dilengkapi dengan menonton film-film adaptasinya. Kedua karya tulis ini yang menurut saya lebih masuk ke jenis jurnal pribadi, mendorong saya untuk tetap tabah dalam menerima kenyataan (kehilangan pekerjaan sebagai penerjemah dan editor, mengurus kegiatan rumah tangga seperti memasak, dan mengurus ayah yang sakit). 

Dari semua ini, saya terinspirasi untuk "banting setir" dalam pekerjaan saya. Seperti halnya Kim Ji-Yeong dari versi filmnya, saya ingin menjadi penulis. Sekitar sepuluh tahun lalu, saya pernah menjadi penulis buku-buku nonfiksi, sebelum akhirnya beralih menjadi editor dan penerjemah buku. Mungkin sekaranglah saatnya saya mencoba lagi untuk menjadi penulis. Dan kali ini, saya ingin mencoba ranah baru, yaitu fiksi. Apalagi kalau diingat-ingat, dulu waktu novel fantasi Harry Potter-nya JK Rowling sedang populer di mana-mana, dalam hati saya sempat ada keinginan besar untuk mengikuti jejak Rowling: Menciptakan sebuah cerita yang berpengaruh pada hidup banyak orang. Semoga keinginan ini bisa terwujud. Amin.

Imperfect, salah satu buku motivasi terbaik/dokpri
Imperfect, salah satu buku motivasi terbaik/dokpri

Setelah memantapkan diri untuk beralih profesi, mulailah saya berupaya belajar menulis cerita fiksi. Sampai saya menemukan satu nasihat dari penulis kawakan: "Kalau mau jadi penulis, banyaklah membaca". Benar juga, pikir saya saat itu. Dengan membaca tentu kosakata kita makin bertambah, dan kita juga bisa belajar beragam cara bercerita dari para penulis yang sudah berhasil dalam berkarya. Akhirnya, saya tambah rajin membaca, khususnya cerita-cerita yang sejenis dengan cerita yang ingin saya tulis saat itu.

Cerita panjang pertama yang berhasil saya tuliskan dengan tuntas di awal tahun 2021 adalah cerita cinta antara janda muda dan duda muda, yang masih berumur di bawah 30 tahun. Karena itu, untuk mencari inspirasi, saya banyak menonton film-film romantis karya lokal dan serial-serial pendek remaja karya lokal. Dan untuk belajar cara bercerita yang baik dalam bentuk tulisan dengan genre romantis, tak lupa saya membaca novel-novel bergenre serupa karya penulis lokal seperti U! (2007) dan The Princess in Me (2012) yang keduanya ditulis oleh Donna Rosamayna; juga serial novel empat musimnya Ilana Tan, yaitu Summer in Seoul (2009), Spring in London (2011), Autumn in Paris (2015), dan Winter in Tokyo (2016). Semua novel ini saya baca melalui aplikasi perpustakaan daring.

Setiap kali ada semacam lomba menulis yang membuat pesertanya rutin menulis, saya berusaha ikut. Hal-hal semacam ini setidaknya menggerakkan saya untuk tetap menulis, karena jujur saja saya masih susah untuk membuat diri menulis apa pun setiap hari. Jadi, sayangnya sampai saat ini, harus ada "pemicu" dulu seperti sebuah perlombaan agar saya bisa menulis rutin dan menjadikan kegiatan menulis sebagai suatu kebiasaan.

Di awal tahun, saya ikut kompetisi blog di Kompasiana yang berlangsung selama empat belas hari. Lomba lainnya yang masih saya ikuti sampai sekarang adalah membaca dan menulis review cerita-cerita Agatha Christie yang diadakan oleh Penerbit GPU. Maka, dimulailah saya membaca judul-judul Agatha Christie seperti Misteri di Styles (2007), Mayat dalam Perpustakaan (2019), Parker Pyne Menginvestigasi (2011), Dan Cermin Pun Retak (2013), Pembunuhan di Mesopotamia (2017), dan Pembunuhan di Malam Natal (2018).

Saya tidak begitu peduli apakah saya akan menang atau tidak. Yang terpenting adalah saya bisa menghasilkan satu tulisan demi satu tulisan. Dengan begitu, saya pelan-pelan belajar mengasah kemampuan menulis saya dan juga perlahan tapi pasti membiasakan diri menulis rutin. Itu saja sudah membuat saya senang. Apalagi dengan membaca karya-karya Christie, saya jadi bisa mengulang kembali kesukaan saya membaca cerita-cerita detektif yang pernah saya gemari sewaktu kecil. Dulu sih cerita-cerita detektif yang saya baca memang ditujukan untuk anak-anak, seperti serial Lima Sekawan dan Sapta Siaga-nya Enid Blyton dan Trio Detektif-nya Alfred Hitchcock.

Review terbaru (bulan April) saya untuk cerita Christie berjudul Pembunuhan di Malam Natal/dokpri
Review terbaru (bulan April) saya untuk cerita Christie berjudul Pembunuhan di Malam Natal/dokpri
Dari membaca cerita detektifnya Christie, saya malah jadi rindu dengan karya-karya Enid Blyton. Jadilah saya mencari karya tulis Enid Blyton yang belum pernah saya baca, yaitu kumpulan cerpen. Untunglah, saya bisa membacanya di perpustakaan daring. Kumcer pertama yang saya baca adalah Cermin Ajaib dan cerita-cerita lainnya (2016). Gaya bercerita beliau, seperti biasanya, sederhana tapi tetap menarik. Banyak pelajaran moral di sana yang bagus untuk anak-anak tanpa perlu terkesan menggurui. Dari cerpen-cerpen Enid Blyton ini, saya juga belajar menulis cerita anak yang baik. Karena siapa tahu saya juga bisa melahirkan cerita anak yang digemari banyak orang, hehehe....

Perjalanan saya menjadi seorang penulis tentunya masih panjang dan mungkin akan berliku-liku. Semoga saya tetap mampu bertahan apa pun aral yang mengadang. Namun, yang pasti, perjalanan saya ini akan tetap "disertai" dengan bacaan-bacaan terbitan GPU yang beragam genrenya. Terima kasih GPU sudah menemani saya melewati proses adaptasi selama masa pandemi ini. Kita semua tentu berharap pandemi ini akan segera terlihat titik akhirnya. Amin.

Oiya, kalau tertarik membaca tulisan-tulisan review saya tentang beberapa buku, boleh ditengok ke akun instagram @auteur.siwed. Baiklah sekian dulu. Semoga tulisan saya menginspirasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun