Mohon tunggu...
Sitta alfianarosada
Sitta alfianarosada Mohon Tunggu... Penjahit - Mahasiswa

Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Pekalongan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pencegahan Demam Berdarah dengan Menggunakan Bahan Alami

10 Januari 2020   11:07 Diperbarui: 10 Januari 2020   11:17 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.

Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.

Berdasarkan data terbaru secara nasional kasus demam berdarah semakin bertambah. Berdasarkan data yang dirilis oleh kementrian, jumlah kasus demam berdarah per 29 januari 2019 mencapai 13.683 dengan jumlah meninggal dunia 133 jiwa.

Pada tahun 2018  terdapat 8 provinsi yang memiliki CFR  tinggi,  dimana 3 provinsi dengan CFR  tertinggi adalah  Maluku Utara (3,64%), Maluku  (3,15%), dan  Kalimantan Utara  (1,74%). 

Provinsi dengan  CFR  tinggi  masih  diperlukan  upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan pengetahuan masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke sarana kesehatan jika ada gejala DBD  sehingga tidak terlambat ditangani dan bahkan menyebabkan kematian.

Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue Masa tunas / inkubasi selama 3 -15 hari sejak seseorang terserang adalah demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius). 

Tekanan darah menurun, timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala, mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi, pegal/sakit pada persendian, munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

Pencegahan DBD dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindari berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. 

Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau pengendalian vector DBD melalui pengendalian kimiawi dan pengendalian non kimiawi. 

Cara pengendalian kimiawi antara lain dengan pengasapan (fogging) (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

Pengendalian non kimiawi pada larva atau jentik nyamuk dapat dilakukan dengan cara menjaga sanitasi / kebersihan lingkungan yaitu pada umumnya 3M: (Menguras, Menutup dan Mengubur) yaitu dilakukan dengan cara menguras bak mandi, bak WC, menutup tempat penampungan air rumah tangga minimal seminggu sekali, serta mengubur atau memusnahkan barang-barang bekas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun