Mohon tunggu...
zainab el hilwa
zainab el hilwa Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Belaian Iblis

2 Desember 2014   17:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:15 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Wilkacikta kembali menjerit. Kali ini bukan karena kehadiran tetangga yang datang menjenguk atau sekedar melihatnya. Bukan karena emak bapaknya yang ingin menyuapinya. Menggila dan brutal. Suara paraunya kian menyileti rongga tenggorokan. Bang jamal yang saat itu bersorban putih lengkap dengan gamisnya, seakan bergeming melihat wilkacikta.

***

Berjalanlah bang jamal selangkah, penuh kharisma. Wilkacikta tertawa renyah menatapnya.

“haha,, haha,, pergi saja. Sopo kowe? Anak ini menjadi kekuasaanku. Pergi!! Haha.. haha..”

Bang jamal menatapnya dalam, wilkacipta mengatupkan mata. Tiba-tiba meringkuk dengan penuh rintihan. Ia pun mengibaskan tangan, meminta bang jamal menyingkir. Dan,, kemabali menjerit…

Sesaat…

“hihi… hihi… “

“akhu gakh mau keluar.. kakak inih bikin akhu sukaa.. enggakk.. enggak.. jangan deket-deket akhu..” suaranya menjadi anak perempuan manja berusia 4 tahunan.

***

Suratmi, ibu wilkacikta menerawang kosong. Matanya begitu sembab. Sudah 5 tahun anaknya menjadi seperti ini. Ia tak tahu harus bagaimana. Biaya untuk berobat tak dapat. Jangankan untuk membeli obat, membeli beras seperempat kilo pun senangnya bukan kepalang. Sedihnya semakin mendalam saat para tetangga meriakkan omongan. Mereka mengatakan bahwa wilkacikta menendang ‘oyot mimang’. Sebuah akar pohon yang dipercaya warga dapat membuat si empunya hilang ingatan. Wilkacikta sering tertawa tanpa alasan. Terkadang ia sedih, menangis tanpa alasan. Tertawa riang, meski tetangganya mati kecelakaan. Lalu diam, membuat pertanyaan. Menggigil meski orang lain merasa kepanasan. Dan tak jarang, wilkacikta seperti kesurupan.

***

Wagiman tak banyak kata. Ia cukup lelah untuk merasakan beban yang menimpa anaknya. Ia tak habis pikir, bahwa kegagalnnya dalam UN membuyarkan impian wilkacikta. Ini sudah taun kelima anaknya ‘gila’. Ia seakan marah mengatakan kata ‘gila’. Hatinya seakan terhujam barang tajam oleh kepedihannya. Bagaimana ia percaya, jika anak kebanggaannya harus mendekam oleh jiwa dan pikirannya sendiri. Wagiman hanya mengenang, betapa pandai wilkacikta di sekolahnya. Seakan tropi prestasi terjajar indah di dekat ruang makan rumah. Wagiman menangis hebat. Ia menyesal, ternyata ia sudah banyak menyulitkan wilkacikta. Ia begitu menekannya untuk terus menjadi siswa berprestasi. Ia menyesal, karena terus memarahi wilkacikta saat mendapati nilainya kurang dari yang diharapkannya.

***

Bang jamal diam, meminta suratmi mengambilkan segelas air, lalu membelai kepala wilkacikta. Tak banyak suara terdengar, hanya suara wilkacikta mengeram penuh amarah. Mulut bang jamal komat-kamit merapalkan doa. Alisnya mengatup seperti menyatukan energi supranatural. Tenaga wilkacikta menguat dari biasanya.

opo kowe? Hhhhrrggghh.. hhaarrgghhh...” tak sempat banyak memberontak, bang jamal menuding dengan meyentuh ubun-ubunnya. Wilkacikta terhempas. Seakan sentuhannya melemparkan wilkacikta jauh dari tempat yang disinggahinya. Ia pun pingsan. Kembali bang jamal melucuti sentuhannya pada ubun-ubunnya. Bang jamal menampilkan gerakan supranatural. Beliau memang ahli di bidangnya. Bagi suratmi, mungkin ini menjadi ikhtiar terakhir yang ingin dilakoninya. Selebihnya, terbesit angan agar wilkacikta di pasung saja.

***

Lama rasanya, akhirnya wikacikta tersadar dari kebimbangan jiwanya. Ia tak sadar dengan perilaku selama 5 tahun lamanya. Yang ia ingat hanya satu…

“aku gagal UN dan menagis keras di pangkuan ibuku…”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun