Mohon tunggu...
Siti Tuliabu
Siti Tuliabu Mohon Tunggu... Mahasiswa

saya memiliki hobi membaca dan jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ragam Komunikasi Nusantara : Eksplorasi Budaya Jawa dan Batak dalam Memahami dan Mengekspresikan Emosi

17 Desember 2024   12:38 Diperbarui: 17 Desember 2024   12:38 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sitty Hadjar Tuliabu ( 171423034 ) , Muhammad Fahri Anugrah ( 171423038 ) ,  Isniarty Gintulangi, M.Psi., Psikolog

Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo

Menurut Mohammad  Ali  dan  Mohammad  Asrori  (2004;  62-63) Emosi adalah suatu respon dari stimulus yang diterima, sehingga dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan perasaan. Emosi dapat diartikan sebagai hasil perpaduan berbagai perasaan yang dimiliki oleh setiap individu, dengan intensitas yang relatif tinggi, sehingga memicu pergolakan suasana batin. Berdasarkan definisi para ahli, emosi merupakan kondisi perasaan khas yang muncul dari dalam diri individu sebagai hasil kombinasi berbagai perasaan dengan intensitas tinggi. Hal ini dapat menyebabkan gejolak baik di dalam diri maupun lingkungannya, yang berfungsi sebagai bentuk adaptasi untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu. Emosi memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Seiring berjalannya waktu, emosi berkembang dan menjadi lebih matang. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi emosional seseorang. Emosi memberikan identitas pada manusia dan mengajarkan mereka melalui berbagai perubahan perasaan yang memengaruhi perilaku. Bagaimana seseorang mendefinisikan emosi, melihat pentingnya, mengelola, merasakan, menerima, dan mengekspresikannya adalah bagian penting dari proses ini.

Ekspresi emosi, sebagaimana dijelaskan oleh Chaplin dan Kartono (1989), merupakan perubahan yang terjadi pada otot dan kelenjar tubuh manusia, yang kemudian mempengaruhi perilaku individu dan berkaitan erat dengan emosi. Perubahan ini muncul melalui kombinasi keadaan fisik dengan emosi yang dialami individu, sehingga menghasilkan bentuk ekspresi emosi tertentu. Sementara itu, menurut Planalp (dalam Suciati, 2014), ekspresi emosi adalah cara individu mengungkapkan kondisi perasaannya dengan tujuan tertentu. Proses ini mencerminkan usaha individu dalam menyampaikan emosi yang dirasakan, sekaligus diarahkan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Menurut Ekman (1997), ekspresi emosi adalah kondisi di mana individu memiliki kesiapan untuk merespons peristiwa mendesak dengan reaksi atau tindakan tertentu, sekaligus menanggapi emosi yang muncul akibat peristiwa tersebut. Dalam konteks ini, ekspresi emosi terjadi ketika individu berada dalam keadaan siap menghadapi kejadian mendesak yang menurutnya memerlukan respons, baik berupa tindakan maupun pengelolaan emosi.

Menurut Ekman (dalam Matsumoto & Ekman, 2008), emosi manusia dapat dikategorikan menjadi tujuh jenis. Marah adalah emosi yang muncul akibat ketidaksenangan terhadap sesuatu yang melukai, menganiaya, atau menentang, biasanya disertai dorongan spontan untuk melawan penyebabnya. Ekspresi emosi marah dapat terlihat dari perubahan wajah, ucapan, atau tindakan tertentu. Muak adalah perasaan yang timbul saat seseorang melihat sesuatu atau seseorang dengan kualitas yang dianggap rendah, tidak layak, atau rata-rata. Sementara itu, jijik muncul sebagai reaksi terhadap sesuatu yang dianggap tidak disukai, menjijikkan, atau dibenci. Takut merupakan emosi yang muncul ketika seseorang menghadapi situasi yang berbahaya, mengancam, atau berpotensi menyakitkan. Ekspresi ketakutan sering kali berupa teriakan, upaya melarikan diri, merunduk, atau menghindar dari sumber ancaman. Bahagia, di sisi lain, adalah emosi yang berasal dari pengalaman menyenangkan, rasa puas, atau kegembiraan yang mendalam. Sebaliknya, sedih muncul ketika seseorang merasa kehilangan atau menghadapi situasi duka, yang biasanya diekspresikan melalui tangisan, wajah pucat, pandangan lesu, atau hilangnya semangat. Terakhir, terkejut adalah emosi yang timbul akibat pengalaman mendadak atau tidak terduga, yang sering diekspresikan dengan teriakan spontan dan mata yang terbelalak. Ketujuh kategori emosi ini menggambarkan keragaman respons manusia terhadap berbagai situasi kehidupan.

Peran Budaya dalam Ekspresi Emosi

Menurut Matsumo, Hee dan Chung, 2010, budaya memiliki peran penting dalam menentukan dan mengatur emosi apa yang bisa diekspresikan dan apa yang sebaiknya disembunyikan, sesuai dengan aturan norma. 

Indonesia adalah negara yang sangat luas, dengan jumlah penduduk mencapai hampir 250 juta jiwa. Indonesia memiliki 17.000 pulau yang dihuni, dan lima di antaranya dikenal sebagai pulau besar, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keragaman etnis, agama, dan budaya. Keragaman etnis dan budaya ini menyebabkan terbentuknya stereotip-stereotip kesukuan yang mencerminkan karakteristik tertentu dalam interaksi sosial. Salah satu budaya yang memiliki perbedaan stereotip yang signifikan adalah suku Jawa dan Batak.  

Dalam suatu kelompok budaya, misalnya, orang Jawa menganggap diri mereka halus dan sopan, sedangkan orang Batak dianggap keras dan berani. Di sisi lain, orang Batak melihat orang Jawa sebagai pribadi yang lebih halus dan spontan, tetapi cenderung lemah dan kurang berterus terang. Apa yang dianggap kasar oleh orang Jawa, bagi orang Batak justru dianggap sebagai bentuk kejujuran. Stereotip kesukuan ini menunjukkan bahwa perbedaan budaya dalam komunikasi dan interaksi sosial, terutama yang melibatkan emosi, sangat rentan menimbulkan kesalahpahaman. Suku Batak memiliki stereotip sebagai budaya yang keras dan tegas, sementara hal ini sangat berbeda dengan budaya Jawa yang dikenal memiliki sifat lembut. Orang Jawa dikenal lebih mengutamakan prinsip rukun dan hormat untuk menciptakan suasana yang tenang, tenteram, harmonis, serta bebas dari konflik dan perselisihan. Karena itu orang Jawa lebih halus ,lemah lembut, kalem, spontan, dan tidak suka berterus terang. Sedangkan masyarakat Batak dikenal dengan semangat juang dan etos kerja tinggi, yang terbentuk dari kehidupan mereka yang umumnya adalah wilayah pegunungan dan cenderung gersang. Hal ini membuat orang Batak dikenal sebagai individu yang tekun, pantang menyerah, dan pekerja keras. Dalam menyelesaikan konflik orang Batak cenderung bersikap terbuka dan lugas dalam menyampaikan apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Mereka juga tidak ragu untuk menghadapi individu dengan posisi atau kedudukan yang lebih tinggi, kata Minauli (2002). 

Perbedaan Budaya dalam Ekspresi Emosi

Orang Jawa cenderung memilih untuk diam demi menghindari konflik, sehingga mereka sering terlihat sulit mengungkapkan perasaan atau keinginan secara langsung. Hal ini membuat orang lain kesulitan memahami apa yang sebenarnya mereka pikirkan. Biasanya, rasa tidak puas mereka disampaikan melalui keluhan kecil yang tidak langsung (Hardjowirogo, 1983). Sebaliknya, masyarakat Batak lebih terbuka, dominan, dan ekspresif dalam menyampaikan apa yang mereka rasakan atau pikirkan (Lubis, 1999). Namun, orang Batak dikenal memiliki sifat yang mudah marah, sensitif, dan pendendam (Tinambunan, 2010), sehingga interaksi sosial mereka cenderung kurang fleksibel. Mereka juga lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri, keluarga, atau kerabat dekat, dan jika merasa dirugikan oleh orang lain, mereka sering merespons dengan emosi yang meledak-ledak. Hal ini membuat regulasi emosi dalam budaya Batak dinilai kurang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun