Ketika pikiran sudah tenang, barulah kita bisa menerima keadaan dengan hati yang lapang. Sering kali kita sibuk memandang hidup orang lain yang terlihat “sempurna”, padahal mereka pun bisa jadi diam-diam ingin berada di posisi kita. Misalnya, kita iri melihat seseorang yang sukses secara finansial, sementara dia justru iri melihat kita memiliki keluarga yang harmonis atau kesehatan yang baik. Kita hanya melihat bagian indah dari hidup mereka, tanpa tahu luka, beban, dan air mata yang mereka simpan rapat-rapat. Sama seperti mereka tidak tahu betapa kerasnya perjuangan yang kita jalani. Menerima bukan berarti menyerah, tetapi berhenti melawan arus yang memang tidak bisa kita ubah. Di sinilah peran kita untuk tetap mencintai diri kita sendiri apa adanya, termasuk kekurangan dan keterbatasannya. Selalu tanamkan afirmasi positif seperti “Aku percaya setiap proses membawaku pada versi terbaik diriku”, “Setiap langkah yang aku ambil adalah bagian dari kebahagiaan yang kuciptakan sendiri”. Syukuri setiap hal yang kita miliki saat ini, sekecil apa pun itu. Jangan pernah membandingkan hidup kita dengan orang lain, karena setiap orang punya takdir, waktu, dan ujiannya masing-masing. Saat hati penuh syukur dan menerima, langkah terasa lebih ringan. Dan kita dapat belajar bahwa hidup bukan soal siapa yang lebih cepat atau lebih hebat, tapi tentang bagaimana kita menjalani perjalanan dengan hati yang tenang dan merayakan kebahagiaan dengan hal-hal sederhana di hidup kita. Kita tidak perlu menunggu hari istimewa untuk merasa bahagia, karena setiap hari bisa menjadi istimewa jika kita mau melihatnya dari sudut pandang yang tepat.
3. Berdoa sebagai Peneguh Hati
Berdoa adalah momen paling pribadi antara kita dengan Tuhan. Kita bisa melepaskan semua keluh kesah, rasa takut, harapan, bahkan rahasia hati yang tidak pernah kita ceritakan pada siapa pun. Saat mulut berucap, hati pun ikut meluruh, dan perlahan beban terasa berkurang. Berdoa bukan hanya sekadar menyampaikan permintaan, tetapi juga menguatkan langkah. Doa menjadi pengingat bahwa hidup ini bukan kita yang mengatur sepenuhnya, ada Tuhan yang selalu tahu bahwa tidak semua yang kita minta harus diberikan, karena sering kali Tuhan menunda untuk mengajarkan kesabaran, atau menggantinya dengan yang jauh lebih indah. Maka jangan pernah berhenti berdoa, sebab keajaiban sering kali sudah berdiri begitu dekat, hanya menunggu waktu untuk mengetuk pintu hidup kita.
4. Usaha & Ikhtiar Tanpa Ragu
Doa tanpa usaha ibarat menanam benih tanpa menyiramnya. Allah mengajarkan kita untuk bergerak, bukan hanya menunggu. Ikhtiar adalah bukti bahwa kita menghargai nikmat waktu dan kesempatan yang Allah beri. Mulailah dari hal kecil yang ada di depan mata, termasuk memperbaiki diri dari kekurangan yang kita miliki. Jangan menunggu keadaan sempurna untuk mulai berubah, karena kesempatan tidak selalu datang dua kali. Kekurangan bukanlah alasan untuk berhenti, justru bisa menjadi titik awal untuk bertumbuh. Setiap langkah yang kita ambil dengan niat baik, sekecil apa pun, akan mendekatkan kita pada versi terbaik diri kita. Kita harus selalu ingat bahwa hasil adalah rahasia Allah, tetapi usaha adalah tanggung jawab kita. Jalan menuju perubahan mungkin berliku, penuh tantangan, bahkan kadang membuat kita ingin menyerah dan putus asa. Namun, selama kita terus berusaha, kita sedang membuka pintu bagi Allah untuk menuntun kita, mengubah kekurangan menjadi kekuatan, dan menjadikannya bagian dari kisah indah yang kita syukuri kelak. Sebagaimana firman Allah dalam Qur’an Surat Al-Insyirah ayat 6-7 “Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Apabila engkau telah selesai (dengan suatu kebajikan), teruslah bekerja keras (untuk kebajikan yang lain)”
5. Tawakal: Menyerahkan Hasil kepada Allah
Setelah berusaha, lepaskan rasa cemas terhadap hasil. Tawakal bukan berarti duduk diam menunggu keajaiban, tetapi menyerahkan hasil kepada Allah setelah segala upaya kita lakukan sebaik mungkin. Di titik ini, kita membiarkan hati beristirahat dari cemas yang berlebihan, karena kita percaya bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik, meski bentuknya tidak selalu sesuai harapan kita. Tawakal mengajarkan kita satu hal penting bahwa kebahagiaan tidak hanya datang saat mendapatkan apa yang diinginkan, tapi juga saat kita ridha dengan apa yang Allah tetapkan.
Bahagia itu sesuatu yang bisa kita ciptakan sendiri. Bukan karena segalanya sempurna, tapi karena kita memilih untuk tetap tenang, bersyukur, dan terus melangkah. Caranya? Pegang kuat (DUIT): Doa, Usaha, Ikhtiar, dan Tawakal. Saat semua ini berpadu, kita bukan hanya melangkah dengan yakin tetapi kita juga membuka ruang bagi keajaiban masuk dalam hidup kita. Kadang, kebahagiaan datang dari hal yang tak kita duga yang justru membawa kita ke arah yang lebih indah. Jadi, jangan tunggu bahagia datang. Ciptakan, perjuangkan, dan sambut dengan hati yang siap. Karena sering kali, dibalik air mata dan lelah kita hari ini, sedang disiapkan kisah syukur dan keajaiban yang tak terbayangkan.
“Kebahagiaan sejati akan datang saat kita mau untuk menerima segala tantangan yang akan kita lalui, dan menikmati segala proses untuk mewujudkan tujuan kita.“
- Naba Khilma Nabila